Kamis, 31 Agustus 2017

Askep Jiwa Bunuh Diri




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun, dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua.
Menurut Prayitno tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter.Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.

B.     Masalah
1.      Apakah definisi bunuh diri ?
2.      Apakah klasifikasi dari resiko bunuh diri ?
3.      Bagaimana rentang respon dari resiko bunuh diri ?
4.      Apakah etiologi resiko bunuh diri ?
5.      Apa saja manifestasi klinis resiko bunuh diri ?
6.      Bagaimana Penatalaksanaan pada resiko bunuh diri ?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan klien bunuh diri ?

C.    Tujuan
2.      Mengetahui klasifikasi dari resiko bunuh diri
3.      Mengetahui rentang respon dari resiko bunuh diri
4.      Mengetahui etiologi resiko bunuh diri
5.      Mengetahui manifestasi klinis resiko bunuh diri
6.      Penatalaksanaan pada resiko bunuh diri
7.      Mengetahui asuhan keperawatan resiko bunuh diri





BAB II
KONSEP MEDIS
A.    Defenisi Bunuh Diri
Beberpa ahli psikiatri menegmukakan pengertian tentang bunuh diri antara lain:
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat.
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakiri kehidupan.Bunuh diri merupakan koping terahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri mikro (microsucide) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya bunuh diri “pelan-pelan” atau terdapat pada orang-orang yang sengaja tidak mau berobat meskipun menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dan sebagainya.
Bunuh diri terselubung (masked sucide) : orang yang sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian dengan cara terselubung, misalnya : mendatangi tempat kerusuhan sehingga terbunuh, olahraga yang berbahayan, overdosis pada pasien ketergantungan zat dan sebagainya.
Menurut Tomb mengemukakan pasien yang berpotensi bunuh diri yaitu :
1.      Pasien pernah mencoba bunuh diri
2.      Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang – terangan maupun tidak, atau berupa ancaman. Misal pasien berkata “saya tidak akan lagi bertemu dengan kalian”.
3.      Secara obyektif terlihat mood depresif atau kecemasan.
4.      Baru mengalami kehilangan yang bermakna (misalnya pekerjaan, harga diri, pasangan hidup).
5.      Perubahan sikap yang mendadak : mudah marah, sedih atau menarik diri.
6.      Perubahan perilaku yang tidak terduga, menyampaikan pesan-pesan, membagikan barang-barang miliknya.
B.     Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori :
1.      Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau non verbal bahwah seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.Orang yang inggin bunuh diri mungkin mengunggkapkan secara verbal bahwah ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara nonverbal.
2.      Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3.      Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan . Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu,yosepmengklarifikasikan terhadap 3 jenis bunuh diri, meliputi:
1.      Bunuh diri anomik
Bunuh diri anamik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh factor lingkungan yang penuh tekanan(stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.
2.      Bunuh diri alturistik
Bunuh diri alturistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.



3.      Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistic adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

C.    Rentang Respon
Respon adaptif                                                                  ResponMaladaptif


Self enhance- ment
Grouth promotion rish talking
Indirect
self-descructive behavior
Self injury
Suicide

1.      Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
a.       Self enhancement (pengembangan diri):menyayangi kehidupan dir,berusaha selalu meningkatkan kualitas diri.
b.      Growth promoting risk taking:berani mengambil resiko untuk meningkatkan perkembangan diri.
2.      Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon yang dibberikan individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan maasalah yang dihadapi .
a.       Indirect self-destruktif behavior,perilaku merusak diri tidak langsung, aktivitas yang dapat mengancam kesejahtraan fisik dan berpotensi mengakibatkan kematian, individu tidak menyadari atau menyangkal bahaya aktivitas tersebut.
b.      Self-injury,mencederai diri, tak bermaksud bunuh diri tetapi perilakunya dapat mengancam diri.
c.       Suicide atau bunuh diri: perilaku yang disengaja menimbulkan kematian diri , individu dasar bahkan mengiginkan kematian.



D.    Etiologi
1.      Faktor predisposisi
Stuart menyebutkan bahwah faktor predisposisi yang menunjung perilaku resiko bunuh diri meliputi:
a.       Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalagunaan obat, dan skizofrenia.
b.      Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhhan inpulsif,dan depresi.
c.       Lingkungan psikososial
Baruh mengalami kehilangan,perpisahan atau perceraian ,kehilangan yang dini,dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d.      Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e.       Faktor biokimia
Proses yang di mediasi serotonim, opiate, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
2.      Faktor presipitasi
Stuart menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang melakukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.



3.      Tanda dan gejala
Tanda dan dejala perilaku bunuh diiri menurut fitria (2009) adalah:
a)      Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b)      Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c)      Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d)     Inplusif.
e)      Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh).
f)       Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g)      Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis kematian).
h)      Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,marah dan mengasingkan diri).
i)        Kesehatan mental (secara klinis, pasien terli8hat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol ).
j)        Kesehatan fisik (biasanya pada pasien dengan penyakit kronis atau terminal).
k)      Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karir).
l)        Umur 15 – 19 tahun atau di atas 45 tahun
m)    Status perkawinan (menghalami kegagalan dalam perkawinan).
n)      Pekerjaan.
o)      Konflik interpersonal.
p)      Latar belakang keluarga.
q)      Orientasi sosial.
r)       Sumber-sumber personal
s)       Sumber-sumber sosial
t)       Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
4.      Akibat
Resiko bunuh diri dapa mengakbatkan : keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial, pikiran dan rencana bunuh diri, percobaan atau ancaman verbal.

E.     Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk mengurangi stress.Usahya ini dapat berorientasi pada tugas yang meliputi usaha pemecahan masalah langsung.Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik berada dalam keadaan patologis.Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karna itu perlu di tolong.Pencegahan bunuh diri altruistic boleh dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat di ubah.Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
F.     Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilkukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS.Dibagian penyakit dalam atau bagian bedah dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukanurgensi suatu tindakan medis.Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kritteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dilakukan evaluasi psikiatri.Tidak adanya hubungan beratnya gangguan badania dengan gangguan psikologik, penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konfulsi, obat-obat terutama anti depresan dan psikoterapi.




BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI
A.    Pengkajian
Pengkajian bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana yang spesifik.Pengkajian juga mencakup apakah individu telah membuat rencana bunuh diri tersebut.Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri. Langkah awal,  membina hubungan selama wawancara yang sifatnya tidak menghakimi pasien. Apakah pasien tidak menceritakan sendiri keyakinannya, selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyan-pertanyan yang lebih spesifik, misalnya, “apakah mas merasakan sedih?”. “apakah mas pernah memikirkan untuk mengakhiri hidup?”. “bagaimana caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai bunuh diri tidak akan mencetuskan terjadinya peristiwa itu.
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda dan gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri.Ditekankan pada perilaku, faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian stressor, dan mekanisme koping.
1.      Perilaku
a)      Perilaku ketidak patuhan
b)      Perilaku mencederai diri sendiri
c)      Perilaku bunuh diri
Berdasarkan besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka bunuh diri terbagi atas 3 :
a.       Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau non verbal bahwah seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.Orang yang inggin bunuh diri mungkin mengunggkapkan secara verbal bahwah ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara nonverbal.
b.      Percobaan bunuh diri
Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c.       Bunuh diri
Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan . Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
2.      Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang menunjung perilaku resiko bunuh diri meliputi:
a)      Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalagunaan obat, dan skizofrenia.
b)      Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhhan inpulsif,dan depresi.
c)      Lingkungan psikososial
Baruh mengalami kehilangan,perpisahan atau perceraian ,kehilangan yang dini,dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d)     Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e)      Faktor biokimia
Proses yang di mediasi serotonim, opiate, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
3.      Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stress yang berlebihan yang dialami individu. Faktor pencetus sering kali berupa kehidupan yang memalukan seperti hubungan interpersonal, dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman penahanan, dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan peristiwa bunuh diri.
Sumber koping : perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
4.      Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah individu yang telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
5.      Intensitas Bunuh Diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer. Mengakaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (suicidal intertion rating scale), intensitas bunuh dengan skor 0-4 dijelaskan pada table berikut:
Skor
Intensitas
0
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
3
Mengancam bunuh diri, misalnya :” tinggalkan saya sendiri atau saya mau bunuh diri “.
4
Aktif mencoba bunuh diri



Table pengakjian tingkat risiko bunuh diri
NO
Perilaku atau gejala
Intensitas resiko
rendah
Sedang
tinggi
1
Cemas
Rendah
Sedang
Tinggi atau panic
2
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
3
Isolasi menarik diri
Perasaan depresi yang samar, tidak menarik diri
Perasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diri
Tidak berdaya, putus asa, menarik diri, protes pada diri sendiri
4
Fungsi sehari-hari
Umumnya baik pada semua aktifitas
Baik pada beberapa aktifitas
Tidak baik pada semua aktifitas
5
Sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
6
Strategi koping
Umumnya kontruksif
Sebagian kontruksif
Sebagian besar deskruktif
7
Orang dekat
Beberapa
Sedikit atau hanya 1
Tidak ada
8
Pelayan psikiatri yang lalu
Tidak, sikap positif
Ya, umumnya memuaskan
Bersikap negative terhadap pertolongan
9
Pola hidup
Stabil
Sedang
Tidak stabil
10
Pemakai alcohol atau obat
Tidak sering
Sering
Terus menerus
11
Percobaan bunuh diri sebelumnya
Tidak atau yang tidak fatal
Dari tidak sampai dengan cara yang agak fatal
Dari tidak sampai berbagai cara yang fatal
12
Disorientasi dan disorganisasi
Tidak ada
Sedikit
Jelas atau ada
13
Permusuhan
Tidak atau sedikit
Beberapa
Jelas atau ada
14
Rencana bunuh diri
Samar, kadang-kadang ada pikiran, tidak ada rencana
Sering dipikirkan, kadang-kadang ada ide untuk merencanakan


Dari ketiga pengkajian diatas perawat mengidentifikasi pasien yang termasuk kedaruratan adalah pasien dengan skor tinggi, tingkat lain juga mempunyai resiko. Skor nol dan intensitas rendah tidak mempunyai resiko bunuh diri saat ini.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Pohon masalah


 
Risiko mencederai diri sendiri,
lingkungan dan orang lain

            Risiko Bunuh Diri

    Gangguan Konsep Diri :
       Harga Diri Rendah

2.      Diagnosa keperawatan
Risiko Bunuh Diri

C.    Rencana Asuhan Keperawatan
TUJUAN
INTERVENSI
TUM :
Pasien tidak mencederai diri sendiri

TUK 1
Pasien dapat membina hubungan sakin percaya.
Kriteria evaluasi : ekspresi wajah bersahabat, menunjjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau menguturakan masalah yang dihadapi.
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
1.      Sapa pasien dengan nama baik verbal maupun non verbal
2.      Perkenalkan diri dengan sopan
3.      Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
4.      Jelaskan tujuan pertemuan
5.      Jujur dan menepati janji
6.      Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apaadanya
7.      Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
TUK 2
Pasien dapat dari perilaku bunuh diri, krieria evaluasi : pasien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
1.      Jauhkan pasien dari benda-benda yang dapat membahayakan
2.      Tempatkan pasien diruangan yang tenang dan selalu terlihat leh perawat
3.      Awasi pasien secara ketat setiap saat.
TUK 3
Pasien bdapat mengespresikan perasaannya,
kriteria evaluasi : pasien dapat mengespresikan perasaannya.
1.      Dengarkan keluhan yang dirasakan pasien
2.      Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan
3.      Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya
4.      Beri dukungan pada tindakan atau ucapan pasien yang meenunjukkan keinginan untuk hidup.
TUK 4
Pasien dapat meningkatkan harga diri, kriteria evaluasi : pasien dapat meningkatkan harga dirinya
1.      Bantu untuk memahami bahwa pasien dapat mengatasi keputusasaannya
2.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
3.      Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
TUK 5
Pasien dapat menggunakan koping yang adaptif,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan koping yang adaptif
1.      Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
2.      Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain
3.      Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.
TUK 6
Pasien dapat menggunakan dukungan sosial,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan dukungan sosial.
1.      Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu
2.      Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki pasien
3.      Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
TUK 7
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan obat dengan tepat
1.      Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat)
2.      Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
3.      Anjurkan membicarakan efek dan efek yang samping yang dirasakan oleh pasien
4.      Beri reinforcementpositif bila menggunakan obat dengan benar

D.    Evaluasi
Evaluasi klien dengan resiko bunuh diri harus berdasarkan observasi perubahan perilaku dan respon subjektif. Diharapkan pasien dapat mengidentifikasi, penyebab resiko bunuh diri, tanda-tanda resiko bunuh diri, akibat resiko bunuh diri, cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, demostrasikan perilaku yang terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku penggunaan obat dengan benar.
Format evaluasi untuk manilai kemampuan pasien, keluarga dan perawat dalam memberikan asuhan kepewatan pada pasien dengan risiko bunuh diri.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.

B.     Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan keperawatannya.Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.

1 komentar:

  1. Bila ada yang ingin request materi selahkan coment or
    Email : ishaksul8@gmail.com
    Wa/Hp : 082395396839

    BalasHapus

8 Benar Prinsip Pemberian Obat

8 Benar Prinsip Pemberian Obat 1. Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir sesuai dengan gelang identitas pasien 2. Cek nama oba...