BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Istilah yang terakhir ini menjadi
topik besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset
yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap
hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika
Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun, dan merupakan
penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah
tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian
kedua.
Menurut Prayitno
tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki
tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki
lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain
dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan
wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun
sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering
memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Percobaan
bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi
15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun
menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri
sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif
dari perawat dan dokter.Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif.Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul
secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.
B.
Masalah
1.
Apakah definisi bunuh diri ?
2.
Apakah klasifikasi dari resiko bunuh diri ?
3.
Bagaimana rentang respon dari resiko bunuh diri
?
4.
Apakah etiologi resiko bunuh diri ?
5.
Apa saja manifestasi klinis resiko bunuh diri ?
6.
Bagaimana Penatalaksanaan pada resiko bunuh
diri ?
7.
Bagaimana asuhan keperawatan klien bunuh diri ?
C.
Tujuan
2.
Mengetahui klasifikasi dari resiko bunuh diri
3.
Mengetahui rentang respon dari resiko bunuh
diri
4.
Mengetahui etiologi resiko bunuh diri
5.
Mengetahui manifestasi klinis resiko bunuh diri
6.
Penatalaksanaan pada resiko bunuh diri
7.
Mengetahui asuhan keperawatan resiko bunuh diri
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi Bunuh Diri
Beberpa ahli psikiatri menegmukakan
pengertian tentang bunuh diri antara lain:
Bunuh diri adalah segala sesuatu
perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja
dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang
singkat.
Bunuh diri adalah suatu tindakan
agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakiri kehidupan.Bunuh
diri merupakan koping terahir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Bunuh diri mikro (microsucide) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya bunuh
diri “pelan-pelan” atau terdapat pada orang-orang yang sengaja tidak mau
berobat meskipun menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dan sebagainya.
Bunuh diri terselubung (masked sucide) : orang yang sengaja
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian dengan cara terselubung,
misalnya : mendatangi tempat kerusuhan sehingga terbunuh, olahraga yang
berbahayan, overdosis pada pasien ketergantungan zat dan sebagainya.
Menurut Tomb mengemukakan pasien yang berpotensi bunuh diri yaitu :
1.
Pasien pernah mencoba bunuh
diri
2.
Keinginan bunuh diri dinyatakan
secara terang – terangan maupun tidak, atau berupa ancaman. Misal pasien
berkata “saya tidak akan lagi bertemu dengan kalian”.
3.
Secara obyektif terlihat mood depresif atau kecemasan.
4.
Baru mengalami kehilangan yang
bermakna (misalnya pekerjaan, harga diri, pasangan hidup).
5.
Perubahan sikap yang mendadak :
mudah marah, sedih atau menarik diri.
6.
Perubahan perilaku yang tidak
terduga, menyampaikan pesan-pesan, membagikan barang-barang miliknya.
B. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori :
1.
Ancaman bunuh diri yaitu
peringatan verbal atau non verbal bahwah seseorang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri.Orang yang inggin bunuh diri mungkin mengunggkapkan secara
verbal bahwah ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau
mengomunikasikan secara nonverbal.
2.
Upaya bunuh diri yaitu semua
tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat
menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3.
Bunuh diri yaitu mungkin
terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan . Orang yang
melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh akan terjadi jika tidak ditemukan
tepat pada waktunya.
Sementara itu,yosepmengklarifikasikan
terhadap 3 jenis bunuh diri, meliputi:
1.
Bunuh diri anomik
Bunuh diri anamik adalah suatu perilaku
bunuh diri yang didasari oleh factor lingkungan yang penuh tekanan(stressful)
sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.
2.
Bunuh diri alturistik
Bunuh diri alturistik adalah tindakan bunuh
diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan
tugasnya.
3.
Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistic adalah tindakan bunuh
diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau
putus harapan.
C. Rentang Respon
Respon
adaptif ResponMaladaptif
Self enhance- ment
|
Grouth promotion rish
talking
|
Indirect
self-descructive
behavior
|
Self injury
|
Suicide
|
1.
Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
a.
Self enhancement (pengembangan
diri):menyayangi kehidupan dir,berusaha selalu meningkatkan kualitas diri.
b.
Growth promoting risk taking:berani
mengambil resiko untuk meningkatkan perkembangan diri.
2.
Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon yang
dibberikan individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan maasalah yang
dihadapi .
a.
Indirect self-destruktif behavior,perilaku
merusak diri tidak langsung, aktivitas yang dapat mengancam kesejahtraan fisik
dan berpotensi mengakibatkan kematian, individu tidak menyadari atau menyangkal
bahaya aktivitas tersebut.
b.
Self-injury,mencederai diri, tak
bermaksud bunuh diri tetapi perilakunya dapat mengancam diri.
c.
Suicide atau bunuh diri: perilaku yang
disengaja menimbulkan kematian diri , individu dasar bahkan mengiginkan
kematian.
D. Etiologi
1.
Faktor predisposisi
Stuart menyebutkan bahwah faktor predisposisi yang menunjung perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
a.
Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien
berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalagunaan obat, dan
skizofrenia.
b.
Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhhan inpulsif,dan
depresi.
c.
Lingkungan psikososial
Baruh mengalami kehilangan,perpisahan
atau perceraian ,kehilangan yang dini,dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e.
Faktor biokimia
Proses yang di mediasi serotonim,
opiate, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
2.
Faktor presipitasi
Stuart menjelaskan bahwa pencetus dapat
berupa kejadian yang melakukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di
depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu,
mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh
media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan
perilaku bunuh diri.
3.
Tanda dan gejala
Tanda dan dejala perilaku bunuh diiri
menurut fitria (2009) adalah:
a)
Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b)
Mengungkapkan keinginan untuk
mati.
c)
Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusan.
d)
Inplusif.
e)
Menunjukkan perilaku yang
mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh).
f)
Memiliki riwayat percobaan
bunuh diri.
g)
Verbal terselubung (berbicara
tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis kematian).
h)
Status emosional (harapan,
penolakan, cemas meningkat, panic,marah dan mengasingkan diri).
i)
Kesehatan mental (secara
klinis, pasien terli8hat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol ).
j)
Kesehatan fisik (biasanya pada
pasien dengan penyakit kronis atau terminal).
k)
Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karir).
l)
Umur 15 – 19 tahun atau di atas
45 tahun
m)
Status perkawinan (menghalami
kegagalan dalam perkawinan).
n)
Pekerjaan.
o)
Konflik interpersonal.
p)
Latar belakang keluarga.
q)
Orientasi sosial.
r)
Sumber-sumber personal
s)
Sumber-sumber sosial
t)
Menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil.
4.
Akibat
Resiko bunuh diri dapa mengakbatkan :
keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga,
perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial, pikiran dan rencana
bunuh diri, percobaan atau ancaman verbal.
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah segala sesuatu
yang diarahkan untuk mengurangi stress.Usahya ini dapat berorientasi pada tugas
yang meliputi usaha pemecahan masalah langsung.Dari sudut kedokteran dapat
dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri
egoistic atau anomik berada dalam keadaan patologis.Mereka semua sedang
mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang
berat karna itu perlu di tolong.Pencegahan bunuh diri altruistic boleh
dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat di
ubah.Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
F. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilkukan
secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS.Dibagian penyakit dalam
atau bagian bedah dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan
keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukanurgensi suatu tindakan
medis.Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi
berhubungan erat dengan kritteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh
diri.Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dilakukan
evaluasi psikiatri.Tidak adanya hubungan beratnya gangguan badania dengan
gangguan psikologik, penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya.Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konfulsi,
obat-obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO
BUNUH DIRI
A. Pengkajian
Pengkajian bunuh diri termasuk aplikasi
observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik
dan rencana yang spesifik.Pengkajian juga mencakup apakah individu telah
membuat rencana bunuh diri tersebut.Orang yang siap bunuh diri adalah orang
yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh
diri. Langkah awal, membina hubungan
selama wawancara yang sifatnya tidak menghakimi pasien. Apakah pasien tidak
menceritakan sendiri keyakinannya, selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui
pertanyan-pertanyan yang lebih spesifik, misalnya, “apakah mas merasakan
sedih?”. “apakah mas pernah memikirkan untuk mengakhiri hidup?”. “bagaimana
caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai bunuh diri tidak akan mencetuskan
terjadinya peristiwa itu.
Hal utama yang perlu dikaji adalah
tanda dan gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh
diri.Ditekankan pada perilaku, faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian stressor, dan mekanisme koping.
1.
Perilaku
a)
Perilaku ketidak patuhan
b)
Perilaku mencederai diri
sendiri
c)
Perilaku bunuh diri
Berdasarkan besar kemungkinan individu
melakukan bunuh diri, maka bunuh diri terbagi atas 3 :
a.
Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri yaitu peringatan
verbal atau non verbal bahwah seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri.Orang yang inggin bunuh diri mungkin mengunggkapkan secara verbal bahwah
ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan
secara nonverbal.
b.
Percobaan bunuh diri
Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan
terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan
kematian jika tidak dicegah.
c.
Bunuh diri
Bunuh diri yaitu mungkin terjadi
setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan . Orang yang melakukan
bunuh diri dan yang tidak bunuh akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada
waktunya.
2.
Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang menunjung
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
a)
Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien
berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalagunaan obat, dan
skizofrenia.
b)
Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhhan inpulsif,dan
depresi.
c)
Lingkungan psikososial
Baruh mengalami kehilangan,perpisahan
atau perceraian ,kehilangan yang dini,dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d)
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e)
Faktor biokimia
Proses yang di mediasi serotonim,
opiate, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
3.
Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stress yang
berlebihan yang dialami individu. Faktor pencetus sering kali berupa kehidupan
yang memalukan seperti hubungan interpersonal, dipermalukan didepan umum,
kehilangan pekerjaan, ancaman penahanan, dan dapat juga pengaruh media yang
menampilkan peristiwa bunuh diri.
Sumber koping : perlu dikaji adakah dukungan
masyarakat terhadap klien dalam mengatasi masalah individu dalam memecahkan
masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
4.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak
langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.Seseorang
yang melakukan tindakan bunuh diri adalah individu yang telah gagal menggunakan
mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar
menyelesaikan masalah hidupnya.
5.
Intensitas Bunuh Diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan
oleh Bailey dan Dreyer. Mengakaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (suicidal intertion rating scale),
intensitas bunuh dengan skor 0-4 dijelaskan pada table berikut:
Skor
|
Intensitas
|
0
|
Tidak ada ide bunuh diri
yang lalu atau sekarang
|
1
|
Ada ide bunuh diri,
tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
|
2
|
Memikirkan bunuh diri
dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
|
3
|
Mengancam bunuh diri,
misalnya :” tinggalkan saya sendiri atau saya mau bunuh diri “.
|
4
|
Aktif mencoba bunuh diri
|
Table pengakjian tingkat risiko bunuh diri
NO
|
Perilaku atau gejala
|
Intensitas resiko
|
||
rendah
|
Sedang
|
tinggi
|
||
1
|
Cemas
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
atau panic
|
2
|
Depresi
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
3
|
Isolasi menarik diri
|
Perasaan depresi yang samar, tidak menarik diri
|
Perasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diri
|
Tidak
berdaya, putus asa, menarik diri, protes pada diri sendiri
|
4
|
Fungsi sehari-hari
|
Umumnya baik pada semua aktifitas
|
Baik pada beberapa aktifitas
|
Tidak
baik pada semua aktifitas
|
5
|
Sumber
|
Beberapa
|
Sedikit
|
Kurang
|
6
|
Strategi koping
|
Umumnya kontruksif
|
Sebagian kontruksif
|
Sebagian
besar deskruktif
|
7
|
Orang dekat
|
Beberapa
|
Sedikit atau hanya 1
|
Tidak
ada
|
8
|
Pelayan psikiatri yang lalu
|
Tidak, sikap positif
|
Ya, umumnya memuaskan
|
Bersikap
negative terhadap pertolongan
|
9
|
Pola hidup
|
Stabil
|
Sedang
|
Tidak
stabil
|
10
|
Pemakai alcohol atau obat
|
Tidak sering
|
Sering
|
Terus
menerus
|
11
|
Percobaan bunuh diri sebelumnya
|
Tidak atau yang tidak fatal
|
Dari tidak sampai dengan cara yang agak fatal
|
Dari
tidak sampai berbagai cara yang fatal
|
12
|
Disorientasi dan disorganisasi
|
Tidak ada
|
Sedikit
|
Jelas
atau ada
|
13
|
Permusuhan
|
Tidak atau sedikit
|
Beberapa
|
Jelas
atau ada
|
14
|
Rencana bunuh diri
|
Samar, kadang-kadang ada pikiran, tidak ada rencana
|
Sering dipikirkan, kadang-kadang ada ide untuk merencanakan
|
Dari ketiga pengkajian diatas perawat
mengidentifikasi pasien yang termasuk kedaruratan adalah pasien dengan skor
tinggi, tingkat lain juga mempunyai resiko. Skor nol dan intensitas rendah
tidak mempunyai resiko bunuh diri saat ini.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Pohon masalah
Risiko mencederai diri sendiri,
lingkungan dan orang lain
Risiko Bunuh Diri
Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah
2.
Diagnosa keperawatan
Risiko Bunuh Diri
C. Rencana Asuhan Keperawatan
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
TUM :
Pasien tidak mencederai diri sendiri
|
|
TUK 1
Pasien dapat membina hubungan sakin percaya.
Kriteria evaluasi : ekspresi wajah bersahabat,
menunjjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat,
mau menguturakan masalah yang dihadapi.
|
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik:
1.
Sapa pasien dengan nama baik verbal maupun non verbal
2.
Perkenalkan diri dengan sopan
3.
Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang
disukai pasien
4.
Jelaskan tujuan pertemuan
5.
Jujur dan menepati janji
6.
Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apaadanya
7.
Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar
|
TUK 2
Pasien dapat dari perilaku bunuh diri, krieria
evaluasi : pasien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
|
1.
Jauhkan pasien dari benda-benda yang dapat membahayakan
2.
Tempatkan pasien diruangan yang tenang dan selalu terlihat
leh perawat
3.
Awasi pasien secara ketat setiap saat.
|
TUK 3
Pasien bdapat mengespresikan perasaannya,
kriteria evaluasi : pasien dapat mengespresikan
perasaannya.
|
1.
Dengarkan keluhan yang dirasakan pasien
2.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan
3.
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaannya
4.
Beri dukungan pada tindakan atau ucapan pasien yang
meenunjukkan keinginan untuk hidup.
|
TUK 4
Pasien dapat meningkatkan harga diri, kriteria
evaluasi : pasien dapat meningkatkan harga dirinya
|
1.
Bantu untuk memahami bahwa pasien dapat mengatasi
keputusasaannya
2.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
3.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
|
TUK 5
Pasien dapat menggunakan koping yang adaptif,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan koping
yang adaptif
|
1.
Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan
2.
Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia
sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain
3.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.
|
TUK 6
Pasien dapat menggunakan dukungan sosial,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan
dukungan sosial.
|
1.
Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu
2.
Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki pasien
3.
Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
|
TUK 7
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan
tepat,
kriteria evaluasi : pasien dapat menggunakan obat
dengan tepat
|
1.
Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat)
2.
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
3.
Anjurkan membicarakan efek dan efek yang samping yang
dirasakan oleh pasien
4.
Beri reinforcementpositif bila menggunakan obat dengan
benar
|
D. Evaluasi
Evaluasi klien dengan resiko bunuh diri harus
berdasarkan observasi perubahan perilaku dan respon subjektif. Diharapkan
pasien dapat mengidentifikasi, penyebab resiko bunuh
diri, tanda-tanda resiko bunuh diri, akibat resiko bunuh diri, cara
yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, demostrasikan perilaku yang
terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku penggunaan
obat dengan benar.
Format evaluasi untuk manilai kemampuan
pasien, keluarga dan perawat dalam memberikan asuhan kepewatan pada pasien
dengan risiko bunuh diri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah
tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh
diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan pembaca
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan
keperawatannya.Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas
sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
Bila ada yang ingin request materi selahkan coment or
BalasHapusEmail : ishaksul8@gmail.com
Wa/Hp : 082395396839