KMB II
KONSEP PENYAKIT KELAINAN
KATUB JANTUNG
OLEH :
Muh. Ishak Sulkarnain
(2113053)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH II”dengan materi“PENYAKIT KELAINAN KATUB
JANTUNG’’ Dalam
kesempatan ini kami
selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang
telah membimbing kami, serta teman
– teman yang telah memberi dukungan terhadap kami sehingga makalah ini selesai
tepat pada wakktunya.
Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena
itukritik dan saran dari para pembaca maupun dosen pembimbing sangat di
harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penyusun ucapkan
terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Makasar 2April 2016
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar................................................................................................ i
Daftar
Isi............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB
II KONSEP MEDIS................................................................................. 3
A. Konsep
Dasar............................................................................................. 3
B. Penyakit
Katub Mitral................................................................................. 3
C. Penyakit
Katub Aorta................................................................................. 10
D. Penyakit
Katub Trikuspidalis Dan Pulmonalis...................................... 15
BAB
III KONSEP KEPERAWATAN............................................................. 19
A. Pengkajian................................................................................................... 19
BAB
IV KONSEP KEPERAWATAN............................................................ 27
A. Diagnosa...................................................................................................... 27
B. Intervensi..................................................................................................... 27
BAB
V PENUTUP............................................................................................ 36
A. Kesimpulan................................................................................................. 36
B. Saran............................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit katub jantung merupakan kelainan aliran darah
melintasi katup jantung. Katup normal adalahaliran
searah dan aliran yg tidak terhalangi. Katup
membuka merupakan tekanan proximal katup
lebih tinggi dari tekanan dalam
ruang atau pembuluh darah sebelah katup. Katup menutup merupakan tekanan distal lebih tinggi dari tekanan dalam ruang
proximal katup(Karson, 2012)
Kelainan katup jantung banyak terjadi di Indonesia. Angka kejadian kelainan
katup jantung di RSCM (1983) berkisar 69%-79% dari penyakit jantung dalam
kehamilan. Peneliti di luar negeri mendapatkan angka antara 85%-95. Penyakit
ini tidak menyebabkan kematian secara mendadak seperti jantung koroner, namun
komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan gagal jantung. (Karson, 2012)
Di negara-negara maju, insidens dari mitral stenosis telah menurun karena
berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum
berkembang cenderung meningkat. Dua pertiga pasien kelainan ini adalah wanita.
Gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun. Gejala dapat pula nampak
sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal. Mitral stenosis kongenital
lebih sering sebagai bagian dari deformitas jantung kompleks.(Karson, 2012)
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
pengertian dari penyakit kelainan katub jantung?
2. Apakah
yang dimaksud dengan penyakit katub mitral?
3. Jelaskan
penyebab utama penyakit katub mitral?
4. Bagaimanakah
patofisiologi dari penyakit katub mitral?
5. Bagaimanakah
manifestasi klinis dari penyakit katub mitral?
6. Bagaimanakah
manajemen hasil dari penyakit katub mitral?
7. Jelaskan
pengertian dari penyakit katub aorta?
8. Jelaskan
penyebab dari penyakit katub aorta?
9. Bagaimanakah
patofisiologi dari penyakit katub aorta?
10. Bagaimanakah
manifestasi klinis dari penyakit katub aorta?
11. Bagaimanakah
manajemen hasil dari penyakit katub aorta?
12. Jelaskan
pengertian dari penyakit katub trikuspidalis dan pulmonalis?
13. Bagaimanakah
manifestasi klinis dari penyakit katub trikuspidalis dan pulmonalis?
14. Bagaimanakah
manajemen hasil dari penyakit katub trikuspidalis dan pulmonalis?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep medis dari penyakit kelainan jantung katub:
a. Penyakit
katub mitral
b. Penyakit
katub aorta
c. Penyakit
katub trikuspidalis dan pulmonalis.
2. Untunk
mengetahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit kelainan jantung katub.
BAB
II
KONSEP
MEDIS
A.
Konsep
Dasar
Penyakit katub jantung merupakan kelainan aliran darah melintasi katup jantung. Katup normal adalah aliran
searah dan aliran yg tidak terhalangi. Katup membuka merupakan tekanan proximal
katup lebih tinggi dari tekanan dalam ruang atau pembuluh darah sebelah katup.
Katup menutup merupakan tekanan distal
lebih tinggi dari tekanan dalam ruang proximal katub.(, Brunner; , Suddarth, 2014)
Ketika katup jantung yang secara normal
memindahkan darah melalui ruangan jantung secara efisien tidak dapat menutup
atau membuka dengan sempurna, perfusi jantung dan jaringan distal tergnganggu
dan otot jantung mengalami kelelahan. Katup yang mengalami stenosis dapat
mengganggu aliran darah dari satu ruang ke ruang yang lain berikutnya: suatu
katup yang mengalami insufisiensi (inkompeten) dapat menyebabkan aliran darah
mengalami regurgitasi (mengalir kembali). Kejadian disfungsional katup aorta
dan katup mitral ini lebih sering dibandingkan katup trikuspidalis dan katup
pulmonal. Perubahan ini terjadi karena pada sisi kiri jantung merupakan sistem
bertekanan lebih tinggi dibandingkan tekanan pada sirkulasi pulmonal.(, Brunner; , Suddarth, 2014)
Penyakit katup jantung tetap ada di amerika
serikat walaupun insidennya cenderung menurun seperti insiden demam reumatik.
Sindrom prolapsus katup mitral merupakan salah satu abnormalitas jantung yang
paling sering; meliputi sekitar 5% populasi, dengan kecenderungan lebih tinggi
pada wanita disbanding pria.(, Brunner; , Suddarth, 2014)
B.
Penyakit
Katub Mitral
1. Definisi
Katup mitral memisahkan atrium kiri dari
ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan masalah aliran darah akibat katup mitral
memengaruhi keluaran ventrikel kiri sehingga memengaruhi toleransi aktivitas.(Black & Hawks, 2015)
2. Etiologi dan Factor Resiko
Penyebab utama penyakit katup mitral adalah
demam reumatik. Demam reumatik akut menyebabkan inflamasi di endokardium.
Inflamasi ini menyebabkan daun katup dan korda tendinea mengalami
fibrosis.Korda tendinea memendek yang mempersempit jalur aliran darah(Black & Hawks, 2015)
Regurgitasi mitral terjadi karena masalah
daun katup,korda tendinea, muskulus papilaris, atau lubang mitral, penyebab
utama regurgitasi mitral adalah prolaps katup mitral,iskemia miokardial,
penyakit jantung reumatik, kardiomiopati, dan kalsifikasi pada lubang.penyakit
jantung reumatik dapat dicegah dengan deteksi (Black & Hawks, 2015)dini infeksi
streptokokus beta hemolitikus (precursor penyakit jantung reumatik) (Black & Hawks, 2015)
Iskemia miokardial merupakan kelompok
penyakit arteri koroner yang dapat memengaruhi katup mitral dengan berbagai
cara. Iskemia menyebabkan kehilangan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi
performal katub mitral. Sebagian muskulus kapilaris ada yang mendapatkan
nutrisi dari pembuluh darah koroner,sehingga ketika pembuluh darah tidak dapat
memberikan aliran darah pada miokardium, katup juga tidak mendapatkan suplai.(Black & Hawks, 2015)
Prolaps katup mitral merupakan penonjolan
satu atau lebih daun katup kedalam ruang atrium selama sistolik ventrikel.
Biasanya hal ini terjadi sebagai kelainan premer yang tidak terkait dengan
penyakit lain. Akan tetapi,hal ini dapat terjadi pada penyakitgenetik pada
jaringan ikat seperti pada sindrom
marfan dan osteogenesis imperfekta dan terjadi setelah konsumsi obat penekanan
nafsu makan.(Black & Hawks, 2015)
3. Patofisiologi
Sianosis mitral merupakan penyempitan katup
jalur masuk menuju ke ventrikel kiri yang menghalangi pembukaan sempurna katup
selama pengisian distolik. Klien dengan stenosis litral memiliki ciri dawn
katup mitral menebal, lubang katup yang bergabung dan/atau penebalan dan
pemendekan korda tendinea.semakin kecil lubang, tekanan atrium kiri meningkat
untuk mempertahankan curah jantung (cardiac)
yang normal. Peningkatan tekanan atrium kiri juga memperbesar atrium kiri dan
meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan yekana kapiler. Kongesti paru dan
penurunan curah jantung yang terjadi dapat menyerupai gagal ventrikel kiri
prime tetapi kontrakpilitas vertikel kiri normal pada kebanyakan kahsus
stenosis mitral. Seiring dengan perkembangan penyakit, peninkatan tekanan
atrium kiri kronis akhirnya menyebabkan hipertensi hulmonal inkompetensi katup
tricuspid dan pulmonal serta gagal jantung kanan sekunder akhirnya, terdapat
pengurangan aliran darah ke ventrikel kiri dan penurunan curah jantung.(Black & Hawks, 2015)
Insufisiensi dan regurgitasi mitral terjadi
karena pembentukan jaringan parut dan retraksi daun katup yang menyebabkan
penutupan yang tidak sempurna. Regurgitasi mitral terjadi selama sistolik
ketika lebih banyak tekanan di dalam ventrikel kiri sebelum di ijeksikan ke
aorta. Ketika katup mitral tidak menutup dengan sempurna aliran darah akan
mengalir kembali ke atrium. Aliran balik darah menyebabkan atrium dan ventrikel
kiri membesar. Atrium kiri mengalami dilatasi dan hipertrofi sebagai respon
terhadap besarnya volume darah yang di terimah selama sistol. Sebagai respon
terhadap banyaknya darah yang kembali ke atrium, ventrikel kiri harus memompa
lebih keras unytuk mempertahankan curah jantung dan juga mengalami hipertropi.
Hipertropi ventrikel kiri ini akhirnya menyebabkan gagal ventrikel kiri. Jika
berlanjut, peningkatan aliran darah ke atrium kiri menyebabkan peningkatan
tekanan atrium kiri. Tekanan ini di salurkan kembali ke vena pulmonalis dan
system arteri. Dengan berlanjutnya peningkatan tekanan ini, dapat terjadi gagal
jantung kanan.(Black & Hawks, 2015)
Prolaps katup mitral terjadi ketika daun
katup mitral anterior dan posterior membesar mendesak ke atas atrium selama
kontraksi sistolik. Korda pendinea yang memanjang menyebabkan daun katup
memanjang ke atas. Daun katup dapat meluas dan menebal. Prolaps katup sering di
sertai regurgitasi mitral menyebabkan aliran darah balik ke atrium selama
sistol.(Black & Hawks, 2015)
4. Manevestasi Klinis
Manivestasi klinis penyebab katup mitral
jantung dapat terjadi secara mendadak atau berangsur angsur. Auskultasi dapat
menujukan pola has mur-mur jantung. Penting untuk di perhatikan bagian dada
dimana mur-mur terdengar paling jelas
dan pada fase siklus jantung apa mur-mur tersebut terjadi. Meminta klien
menahan napas dapat mempermudah membedakan mur-mur dari suara pernapasan.(Black & Hawks, 2015)
a.
Stenosis
Mitral
Manifestasi
stenosis mitral biasanya membahayakan terjadi setelah beberapa
tahun setelah inveksi. Klien sering
melaporkan penurunan toleransi latihan fisik, dispnea, ortopnea dan
dispnae nopturnal paroksismal. Pada
auskultasi, suara jantung I terdengar keras dan terdapat bunyi keras pada waktu pembukaan yang ada dalam nada
rendah, mur-mur diastolic bergemuru. Bunyi yang keras pada waktu pembukaan
yterdengar paling jelas pada apeks dengan diafragma stetoskop. Mur-mur
diastolic terdengar paling jelas pada apeks dengan bel stetoskop saat klien
berada pada posisi miring kiri.
Manefestasi gagal jantung kanan juga dapat ditemukan. Febrilasi atrial
merupakan temuan yang paling sering pada klien dengan stenosis mitral. Selama
episode fibrilasi atrial, pulsaasi menjadi iregulardan pingsan tekanan darah
sering turun. Hemoktisis sering juga ditemukan kontraksi atrium yang tidak
efektif menyebabkan terjadi staknasi darah pada atrium yang tidak efektif
menyebabkan terjadi staknasi udara pada atrium kiri dan mempermudah terjadi
staknasi darah pada atrium kiri dan mempermudahkan terjadinya thrombus
mural.trombus ini mudah terlepas dan lepas sebagai emboli di sepanjang system arterial yang menyebabkan infrak
jaringan. Area ini tampak sebagai area gelap atau area jaringan nekrotik
terutama pada jari kaki yang memiliki pembuluh darah kecil.(Black & Hawks, 2015)
b.
Regurgitasi
Mitral
Klien dengan regurgitasi mitral dapat tanpa
gejala ( asimtomatik) sampai terjadi penurunan curah jantung. Pengurangan curah
jantung pertama-tama akan menyebabkan kelebihan dan dispnea. Manefastasi klinik
berangsur-angsur meningkat menjadi ortopnea, dispnae, dan nupturnal
paroksimal,dan edema perifer. Manifestasi pulmonal lebih ringan jika
dibandingkan stenosis mitral karena perubahan tekanan kapiler pulmonal kurang
drastic. Jika sisi kanan jantung terpengaruh, manefestasinya akan sama dengan
stenosis mitral.(Black & Hawks, 2015)
Auskultasi menujukkan mur-mur sistolik nada
tinggi yang terdengar seperti timbusan dan menyebar ke aksila kiri terdengar
paling jelas pada apeks. Suara jantung pertama dapat berkurang, dan sering
terdengar suara jantung kedua yang terpecah (splitting). Regurgitasi berat dihubungkan dengan suara jantung
ketiga (S3). Tanda vital sering menujukan hasil normal, kecuali jika
regurgitasi mitral yang terjadi cukup parah. Fibrilasi atrial sering ditentukan
pada klien dengan kondisi ini, akan tetapi emboli dan hemoptisis lebih jarang
terjadi jika dibandingkan stenosis mitral.(Black & Hawks, 2015)
c.
Prolaps
Katup Mitral
Klien dengan prolaks katup mitral sering
tidak menunjukkan gejala sama sekali pada klien sehat pemeriksaan fisik dapat
ditemukan mur-mur regurgitasi atau suara klien pada midsistol pada pemeriksaan
auskultasi. Manifestasi dapat tidak jelas, jika terjadi dapat berupa
takikardia, kepala terasa ringan, singkop,keletihan,kelemahan, disnea, rasa
tidak nyaman pada dada, kecemasan, dan palpitasi yang berkaitan dengan
distriknea. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan prolaps katup mitral
dan secara klinis klien tidak mengalami keterbatasan fisik.
Beragam pengkajian diagnostic digunakan untuk
mendeteksi perubahan structural atau lesi jantung. Studi ini meliputi
ekokardiografi, radiografi dada,tes/uji stress, dan kateterisasi jantung.(Black & Hawks, 2015)
5. Manajemen Hasil
Tujuan penatalaksanaan klien asimptomatik
adalah untuk mencegah infeksi streptokokus beta hemolitikus yang dapat
menyebabkan endokarditis infeksi seperti yang dibahas dalam fitur menerjemahkan
bukti kedalam praktik. Prognosis kelompok klien ini tergolong baik. Tujuan
manajemen medis pada klien simptomtis adalah untuk mempertahankan curah jantung
turun atau klien tidak dapat menoleransi aktifitas ringan , dapat di lakukan beda
penggantian katub jantung.(Black & Hawks, 2015)
a.
Stenosis
Mitral
Klien dengan stenosis mitral akibat penyakit
jantung reumatik sebaiknya mendapat profil laksi untuk infeksi sretptokokus
beta hemolitikus dan jaga untuk endokarditis infektif. Terapi agresif untuk
anemia dan infeksi juga dibutukan. Remaja dan dewasa muda dengan stenosis
mitral berat sebaiknya menghindari berpofesi atau memiliki pekerjaan yang
membutukan kekuatan fisisk berat. Untuk klien yang telah mngalami satu atau
lebih episode emboli paru sebelumnya, trapi antikoongula dapat bermanfaat dalam
mencegah thrombosis vena dan paru (Black & Hawks, 2015)
Gagal jantung diterapi dengan diuretic oral
dan diet rendah natrium. Digitalis bermanfaat pada klien dengan fibrilasi
atrial untuk memperlambat denyut jantung ventrikel. Penyekat beta juga dapat
mengrangi denyut jantung sehingga meningkatkan toleransi latihan. Klien dengan
kontraksi atrium premature sebaiknya diberikan terapi karena kontraksi atrium
premature sebaiknya diberikan terapi Karena kontraksi atrium prematur sering di
ikuti febrilasi atrial. Klien dengan stenosis mitral yang tidak di terapi dapat
berkembang menjadi disabilitas ringan sampai berat pada waktu kurang dari 10
tahun.(Black & Hawks, 2015)
b.
Regurgitasi
Mitral
Klien sebaiknya membatasi aktivitas fisik
yang menyebabkan keletihan dan disnea. Mengurangi asupan atrium dan
meningkatkan eksresi natrium dengan diuretic dapat meringankan beban jantung.
Mitral, digitalis, dan inhibitor agiotensin-korfortin
enzyme (ACE) dapat memberikan perbaiakan hemodinami dan mengurangi gejal
pada klien dengan regurgitasi mitral kronis .(Black & Hawks, 2015)
c.
Prolaps
Katup Mitral
Penatalaksanaan prolaps katup mitral
bergantung pada menifestasinya. Penyekat beta bermanfaat untuk meningkatkan
sinkop, palpitasi, dan nyeri dada. Aspirin dapat dapat membantu mencegah
serangan istemik transien (transien ischemic attacks [TIA]). Untuk mencegah
endokarditis infektif, klien dapat diberikan antibiotic profilapsis sebelum
dilakukan sebelum prosedur invasive.(Black & Hawks, 2015)
C.
Penyakit
Katub Aorta
1. Definisi
Katup aorta merupakan matup terakhir yang
harus dilalui darah sebelum memasuki sirkulasi sistemik. Pada stenosis aorta,
orifisium katup aorta menjadi lebih sempit, yang menyebabkan penurunan aliran
darah dari ventrikel kiri ke aorta dan sirkulsi sistemik. Obstruksi aliran ini
membuat suatu tahanan pada ejeksi dan meningkatkan tekanan pada ventrikal
kiri.seguritasi aorta ( insufiiensi aorta ) menyebabkandarah yang mengalir
kembali dari aorta menuju ventrikal kiri.selama sistolik, darah yang telah
ejeksikan ke aorta masuk kembali ke ventrikel kiri. Untuk mempertahankan
tekanan normal, ventrikal kiri mengalami hipertrofi. Regurgitasi dan stenosis
aorta menambah beban kerja ventrikel kiri. Penyakit katub aorta lebih jarang
dibandingkan penyakit katub mitral tetapi sering terjadi bersama penyakit katub
mitral.dilatasi aorta desendem atau penyakit akar aorta juga sering ditemukan.(Black & Hawks, 2015)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Stenosis aorta dapat disebabkan oleh beberapa
defek kongenital pada katub aort dan dua proses degenerative (1 ) klasifikasi
katub pada dewasa berusia lanjut dan (
2) alah usia penduduk di amerika serikat,insiden stenosis aorta karena
klasivikasi semakin meningkat juga.(Black & Hawks, 2015)
Regurgitasi aota sering terjadi akibat
penyakit infeksi seperti : demam rematik,sifilis dan endokarditis infektif
kelainan jaringan ikat juga dapat menyebabkan regrgitasu aorta.regurgitasi
aorta akut biasana terjadi karena diseksi aorta , endokarditis bacterial atau
trauma akibat benda tajam maupun benda tumpul.(Black & Hawks, 2015)
3. Patofisiologi
Jika terdapat stenosis aorta, tekanan di
dalam ventrikel kiri meningkat saat darah di ejeksikan melalui lubang yang
menyempit. Suatu gradien tekanan terjadi antara ventrikel kiri dan aorta.
Peningkatan tekanan pada ventrikel kiri selama sistolik menyebabkan ventrikel
mengalami hipertrofi. Dilatasi ventrikel kiri terjadi sepanjang waktu
kemunduran kontraktilitas otot yang mengalami hipertrofi ventrikel kiri tidak
mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat, mengakibatkan peningkatan
tekanan ventrikel kiri pada akhir diastole, penurunan curah jantung dan
meningkatkan hipertensi pulmonal.(Black & Hawks, 2015)
Regurgitasi aorta merupakan peristiwa diastolic saat darah yang dipompa
keluar menuju aorta mengalir kembali ke ventrikel kiri melalui katup yang
inkompeten. Aliran balik darah ini menyebabkan pengisian yang abnormal dan
sejumlah volume berlebih pada ventrikel kiri. Besarnya kelebihan volume ini
bergantung pada derajat inkompetensi,
walaupun kadang area kecil inkompeten
dapat menghasilkan regurgitasi aorta yang signifikan.(Black & Hawks, 2015)
Oleh karena ventrikel kiri menerima darah dari atrium dan sirkulasi
sistemik,regurgitasi aorta secara berangsur-angsur meningkatkan volume akhir
diastole ventrikel kiri. Volume sekuncup ventrikel kiri meningkat untuk menghasilkan volume bergerak ke depan yang efektif ke
sirkulasi sistemik. Dilatasi kompensatorik terjadi pada ventrikel kiri minimal.
Mekanisme kompensasi berupa dilatasi dan hipertrofimembantu mempertahankan cuah
jantung yang adekuat. Sejalan dengan progresi penyakit dan status
kontraktilitas miokardium yang menurun, curah jantung juga ikut menurun.(Black & Hawks, 2015)
4. Manifestasi Klinis
a.
Stenosis
Aorta
Manifetasi klinis stenosis aorta cenderung terjadi secara bertahap dan terjadi
pada tahap lanjut penyakit.biasanya terjadi satu periode laten yang panjang pada klien yang
asimtomatik. Manifestasi mulai muncul saat terjadi obstruksi dan peningkatan
tekanan ventrikel telah mencapai tingkat kritis. Angina pectoris (nyeri dada)
merupakan temuanyang sering terjadi sekitar 66% klien. Karakter angina
menyerupai angina pada klien dengan penyakit arteri koroner dan nyeri biasanya
terjadi karena aktivitas berkurang dengan istirahat. Konsumsi oksigen
miokardium lebih tinggi pada klien dengan stenosis aorta karena hipertrofi
ventrikel kiri dan hal ini dapat menyebabkan angina.(Black & Hawks, 2015)
Sinkop merupakan manefestasi klinis lain yang
sering ,juga terjadi pada aktivitas karena curah jantung tetapi pada waktu
terjadi peningkatan kebutuhan. Sinkop
saat istirahat dapat terjadi karena disritmia. Dispnea saat aktivitas, dispnea
nocturnal paroksismal, dan edema paru terjadi karena peningkatan hipertensi
vena pulmonalis akibat gagal ventrikel kiri. Pada stenosis aorta berat,
manifestasi tambahan dapat berupa palpitasi,keletihan, dan gangguan visual.
Pada auskultasi,murmur sistolik dapat disertai suara jantung dua melemah dan
klik ejeksi dini. Suatu getaran (thrill) sistolik
dapat terjadi pada area aorta.(Black & Hawks, 2015)
b.
Regurgitasi
Aorta
Klien dengan regurgitasi aorta berat dapat
asimtomatik untuk waktu yang lama. Selama periode ini, ventrikel kiri secara
bertahap membesar. Klien dapat mengeluhkan suatu keadaan yang tidak nyaman pada
denyut jantung dan palpitasi karena volume sekuncup ventrikel kiri yang
membesar dengan diastolic yang cepat.klien juga dapat memiliki pulsasi leher
yang menonjol dan kepala yang merunduk mengikuti denyut jantung.sinus
takikardia atau kontraksi ventrikel prematur dapat menyebabkan palpitasi
bertambah parah.(Black & Hawks, 2015)
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah
sistolik yang rendah dapat terjadi karena volume sekuncup yang besar dan
penurunan tekanan darah diastolic terjadi karena regurgitasi dan distal.
Pulsasi arteri carotid dapat berlebihan.
Tekanan nadi arterial melebar dan amplitudo denyut yang teraba meningkat,
sering dikenali sebagai denyut tajam mendadak yang ikut kolaps denyut diastolic
yang cepat (Corrigan atau water hammer
pulse atau denyut seperti hantaman palu pada air). Auskultasi menunjukkan
suara murmur diastolic lembut, bernada tinggi, seperti hembusan dekresendo yang terdengar paling jelas pada
ruang interkosta dua kanan dan menyebar ke tepi sternum kiri. Pengkajian
noninvasive pada klien dengan menggunakan ekokardiografi Doppler sebaiknya
dilakukan secara berkala.(Black & Hawks, 2015)
5.
MANAJEMEN
HASIL
a.
Manajemen
Medis
Tujuan manajemen medis adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki fungsi jantung
dan toleransi aktivitas. Ketika klien mencapai manfaat maksimum dari
pengobatan, pembedahan dapat dilakukan. Bedah katup aorta dapat dibutuhkan
apabila terjadi angina atau gagal jantung walaupun klien telah menjalani
pengobatan.(Black & Hawks, 2015)
b.
Stenosis
Aorta
Antibiotik profilaksis dapat diberikan secara
individual untuk prosedur medis invasive atau prosedur medis invasif atau
prosedur dental untuk mencegah endokarditis infektif. Digitalis dan diuretik
yang biasanya digunakan untuk gagal ventrikel harus digunakan secara hati-hati
karena dehidrasi dapat mengurangi curah jantung. Penyekat beta tidak rutin
diberikan karena dapat menekan fungsi miokardium dan menginduksi gagal
ventrikel kiri. Disritmia jantung sebaiknya ditangani secara farmakologis.
Dengan stenosis aorta, terdapat peningkatan bertahap derajat obstruktif yang
sebaiknya dimonitor dengan ekokardiografi Doppler. Anjurkan klien yang diduga
atau mengalami obstruksi kritis pada katup aorta untuk mengurangi aktivitas
fisik berlebihan. Klien dengan obstruksi ringan dapat melanjutkan aktivitas
jika dapat ditoleransi. Untuk klien yang menunjukkan gejala,direkomendasikan
menghindari tes/uji terus latihan fisik. Proknosis klien dengan stenosis aorta
simtomatis tergolong buruk tanpa intervensi pembedahan. Insiden kematian
mendadak meningkat apabila terjadi gagal miokardium.(Black & Hawks, 2015)
c.
Regurgitasi
Aorta
Intervensi medis untuk regurgitasi aorta sama
dengan stenosis aorta:mengurangi menifestasi gagal jantung dan pencegahan
infeksi pada kasup yang telah mengalami deformitas. Terapi bedah yang tepat di
indikasikan jika terdapat gagal ventrikel kiri. Kematian lama edema pada edema
paru, distrikmia, ventricular,disosiasiasi elektromekanis atau kegagalan
sirkulasi sering ditemui pada regurgitasi aorta akut berat,walaupun telah
diberikan intervensi medis intensif. Direkomendasikan untuk melakukan
intervensi pembedahan awal, nitroprusid,dan agen inotropid seperti dopamine
atau dobutamin untuk meningkatkan aliran keepan dan mengurangi tekanan akhir
diatolik ventrikel kiri dapat diberikan sementara menunggu pembedahan.
Pemesangan balon intraaorta kontrapulsasi dikontaindikasikan.(Black & Hawks, 2015)
D.
Penyakit
Katub Trikuspidalis Dan Pulmonalis
1. Definisi
Stenosis trikuspidalis atau regurgitasi aorta
biasanya berkembang dari demam reumatik atau kombinasi dengan reumatik dengan
gangguan structural lain pada jantung. Oleh karena katup trikuspidalis berada
pada sisi kanan jantung, gangguan hemodinamik utama adalah menurunnya curah
jantung dan peningkatan tekanan atrium kanan.ketidakmampuan atrium kanan untuk
memompa darah melewati katup yang mengalami stenosis dapat menyebabkan kondisi
tersebut. Dengan regurgitasi trikuspidalis, tekanan di dalam atrium kanan juga
meningkat karena regurgitasi volume darah pada ventrikel kanan kembali ke
atrium kiri selama sistolik.(Black & Hawks, 2015)
2. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stenosis trikuspidalis
adalah dispnea dan keletihan, pulsasi leher dan edema perifer serta kehilangan
berat badan. Pengkajian fisik menunjukkan penonjolan pulsasi vena di leher
ketika atrium berkontraksi kuat melawan katup yang stenosis.murmur diastolic
dapat terdengar terdengar paling jelas pada tepi sternum bawah kiri. Murmur
meningkat dengan inspirasi. Elektrokardiografi menunjukkan gelombang P yang
tinggi dan berbentuk kubah. Insufisiensi trikuspidalis menyebabkan kongesti
hepar dan edema perifer. Seringkali terdapat febrilasi antrial dan pulsasi vena
jugularis yang menonjol. Murmur holosistolik terdengar disepanjang tepi sternum
kiri.(Black & Hawks, 2015)
Stenosis trikuspidalis biasanya berespon baik
dengan pemberian diuretic dan digitalis, jika daun katup sangat tebal,
pembedahan dapat diperlukan. Bedah untuk regurgitasi triikuspidalis dapat tidak
dibutuhkan kecuali jika terjadi hipertensi pulmonal.(Black & Hawks, 2015)
Abnormalitas pada katup pulmonal biasanya
merupakan efek kogenital. Hanya sedikit lesi yang terjadi setelah kelahiran.
Hipertensi pulmonal yang di sebabkan stenosis mitral. Emboli paru atau penyakit
paru kronis dapat mencetuskan regurgitasi pulmonal fungsional. Stenosis
pulmonal dan regurgitasi menyebabkan penurunan curah jantung karena suplai
darah tidak adekuat mencapai sisi kiri jantung sesuai kebutuhan metabolic.
Regurgitasi pulmonal dapat menyebabkan keletihan dan dispnea. Murmur berupa
murmur diastolic bernada tinggi yang terdengar seperti hembusan terhadap pada
sepanjang tepi kiri sternum. Tidak terdapat perubahan EKG yang signifikan.
Stenosis pulmonal menyebabkan manifestasi klinis yang mirip tetapi murmur
sering beripa tipe kresendo, dekresendo, gagal jantung kanan dapat juga
terjadi. Intervensi difokuskan untuk mengatasi penyebab yang mendasari dan
gagal jantung kanan.(Black & Hawks, 2015)
3.
MANAJEMEN
HASIL
a.
Manajemen
Keperawatan Pada Klien Medis
Pengkajian keperawatan difokuskan pada tipe,
derajat dan perkembangan gangguan katup: adanya keletihan,manifestasi klinis,
gagal jantung, irama jantung (termasuk EKG), tanda vital, auskultasi, dan
palpasi jantung, system pendukung klien, dan derajat pengetahuan klien dan
keluarganya mengenai penyebab dan intervensi yang dapat dilakukan untuk
gangguan tersebbut.(Black & Hawks, 2015)
Fokus utama intervensi keperawatan pad
penyakit katup jantung adalah membantu klien mempertahankan curah jantung
normal sehingga mencegah manifestsi gagal jantung, kogesti vena atau pulmonal
dan perfusi jaringan yang tidak adekuat.untuk mengevaluasi efektivitas
intervensi terapi, lakukan pengkajian hemodimik. Pantau tanda vital dengan
ketat setiap satu sampai 4 jam. Penurunan curah jantung akan tampak sebagai
peningkatan denyut jantung kompensatorik, penurunan tekanan darah, dan/atau
penurunan pengeluaran urine. Dengan seksama lakukan auskultasi dada setiap 4
jam untuk mengidentifikasi adanya suara napas abnormal (ronki, crackles),
gallop jantung (S3,S4) atau murmur jantung baru.(Black & Hawks, 2015)
b.
Perawatan
Mandiri
Klien dengan penyakit katup jantung
membutuhkan manajemen seumur hidup. Dengan keinginan memaham dan menerima
setiap respons klien terhadap penyakit kronis, Anda dapat membatu klien ini
berdaptasi terhadap perubahan gaya hidup yang sulit dan mendapatkan rasa sehat
yang positif.(Black & Hawks, 2015)
Klien dapat menemukan kesulitan untuk
menghadapi perubahan fisik dan psikososial setelah pulang dari rumah sakit.
Kronisitas penyakit katub jantung dan kopmlikasih, potensial dapat menyebabkan suasana ketidak pastian,
ketakutan dan frustasi. Beri waktu untuk membantu klien mengidentifikasi orang-
orang yang memberikan dukungan kekuatan personal, dan strategi penerima. Kaji
bagaimana klien menangani frustasi atau
kemarahan dan aktivitas yang menberikan efek relaksasi. Identifikasi ketakutan
klien dan konsep tidak benar. Pada beberapa kasus, rujukan untuk melakukan
konseling dapat bermanfaat. Tekankan pada pentingnya melakukan pemantauan
terhadap perikasan fisik dan intervensi.(Black & Hawks, 2015)
Sebelum melakukan klien, persiapkan detail
materi pengajaran untuk klien dan keluarganya
meliputi regimaen terapi, proses penyakit, faktor yang berkontribusi
pada menifestasi, dan alasn pemberian intervansi. Berikan informasi mengenai
obat yang diresepkan. Resep obat yang sering di berikan misalnya digoksin,
diuretik, penyekat beta supleman kalium, antikoagulan dan kadang anti biotik
profilakis. Jelaskan mengenai alasan penggunaan obat dosis, efek samping dan
petimbangan khusus penggunaan obat tersebut.(Black & Hawks, 2015)
Tinjauan Latihan yang diserahkan kepada klien
dengan stenosis aorta sering membutuhkan pembatasan aktuvitas. Klien sebaiknya
mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan
aktivitas, menggunakan perbaikan pada keletihan, dan menerima pembatasan
aktivitas. Fokus juga pada pembatasan
diet, rencanakan pemantauan interdisipliner. Yakinkan klien mengtahui
siapa yang dapat di hubungi ketika timbul pertanyaan.(Black & Hawks, 2015)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Kelainan Katup Jantung
a. Biodata :
1. Nama :
2. Tanggal Lahir / Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
5. No.Tlp :
6. Suku / bangsa :
7. Status pernikahan :
8. Agama / keyakinan :
9. Pekerjaan :
10. Diagnosa medic :
11. No. medical record :
12. Tanggal masuk :
13. Tanggal pengkajian :
14. Therapy medic :
b. Penanggung Jawab:
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hubungan dengan
klien :
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Kapan
waktu timbulnya penyakit? Jam berapa? Bagaimana awal munculnya?
Berangsur-angsur? Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetapsama dengan sebelumnya.Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, Kondisi
saat dikaji P Q R S T
b.
Riwayat kesehatan lalu
Penyakit
pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami, imunisasi yang pernah diberikan,
kecelakaan yangpernah dialami, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit alergi (makanan, obat-obatan, zat/substansi, textil), pengobatan dini (konsumsi
obat-obatan bebas).
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Identifikasi
berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang.Anggotakeluarga yang terkena
alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia,
arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan
emosional, Buat
bagan dengan genogram.
a.
Aktivitas / Istirahat
Gejala:Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa berdenyut.
Dispenea karena kerja, palpitasi. Gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimal
noktural, nokturia, keringatmalam hari)Tanda:Takikardi,gangguan pada TD.
Pingsan karena kerja. Takipnea, dispnea.
b.
Sirkulasi
Gejala:Riwayat kondisi pencetus, contoh: Demam reumatik,
Endokarditis bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi
kongenital (contoh kerusakan Atrial-septal, sindrom marfun), trauma dada,
hipertensi pulmonal. Riwayat murmur jantung, palpitasi. Serak, hemoptisis.
Batuk tanpa produksi sputum.
1. Tanda:Sistolik
TD menurun (AS lambat).
2. Tekanan nadi:
Penyempitan (SA); luas(IA)
3. Nadi karotid:
lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat
(IA).
4. Nadi apikal:
PMI kuat dan terletak di bawah dan kekiri(IM); secara lateral kuat dan
perpindahan tempat (IA).
5. Getaran:
Getaran diastolik pada aspek (SM).Getaran systolik pada dasar (SA) Getaran
systolik senjang batas sternal kiri;
getaran systolik pada titik jagular dan sepanjang arteri karotis(IA).
6. Dorongan:
Dorongan apikal selama systolik(SA).
7. Bunyi jantung:
S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan
luas, adanya S3(IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi sistolik,
ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
8. Kecepatan:
Takikardi(MVP); takikardi pada istirahat (SM).
9. Irama: Tak
teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertamaBlok AV
(SA).
10. Murmur: Murmur
diastolik pada area pulmonalik (IP).Bunyi rendah, murmurdiastolik
gaduh(SM).Murmur sistolik terdengar baik pada apek(MR).Murmursistolik terdengar baik
pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA).Murmur sistolik pada dasar kiri
batas sternal (SP) meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastolik (tiupan),
bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). Murmur diastolik pada dasar
kiri strenal meningkat dengan inspirasi ( ST).
11. Warna /
Sianosis: Kulit hangat, lembab dan kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat
pada tiap nadi (IA).
c.
Integritas Ego
Gejala: Tanda kecemasan. Contoh gelisah, pucat,
berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
d.
Makanan / Cairan
Gejala: Disfagia (IM Kronis)Perubahan berat badan.
Penggunaan diuretik.
Tanda:
Edema umum / dependen. Hepatomegali dan asites ( SM, IM, IT) Hangat,
kemerahan dan kulit lembab (IA). Pernafasan payah dan bising dengan terdengar
krekels dan mengi.
e.
Neurosensori
Gejala: Episode pusing/ pingsan berkenaan dengan beban
kerja.
f.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada , angina (SA,IA)
Nyeri dada non angina / tidak khas (MVP).
g.
Pernafasan
Gejala:Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal,
nokturnal). Batuk menetap ataunokturnal ( sputum mungkin/ tidak produktif).
Tanda: Takipnea. Bunyi napas adventisius ( krekels dan
mengi). Sputum banyak dan berbecak darah ( Edema pulmonal). Gelisah/ ketakutan
( Pada adanya edema pulmonal).
h.
Keamanan
Gejala: Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi radiasi.
Adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dsb).
Tanda: Perlu perawatan gigi / mulut.
a. Identifikasi
klien tentang kehidupan sosialnya :
b. Identifikasi
hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
c. Kaji lingkungan
rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :
d. Tanggapan klien
tentang beban biaya RS :
e. Tanggapan klien tentang penyakitnya
:
a. Kaji ketaatan
klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya:
b. Support system
dalam keluarga :
a. Nutrisi :
Selera makan, Menu makan dalam 24 jam.Frekuensi makan
dalam 24 jam.Makanan yang
disukai dan makanan pantangan.Pembatasan pola
makanan.Cara
makan(bersama keluarga, alat makan yang digunakan).Ritual sebelum
makan, dll.
b. Cairan :
Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum, Kebutuhan
cairan dalam 24 jam.
c. Eliminasi (BAB
& BAK):
Tempat pembuangan, Frekuensi? Kapan? Teratur?, Konsistensi, Kesulitan dan
cara menanganinya, Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
d. Istirahat Tidur
Apakah cepat
tertidur, Jam tidur
(siang/malam), Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan, Apakah tidur
secara rutin.
e. Olahraga
Program olahraga tertentu, Berapa lama
melakukan dan jenisnya, Perasaan setelah melakukan olahraga.
f. Rokok / alkohol
dan obat-obatan
Apakah merokok? jenis? berapa banyak? kapan mulai
merokok?, Apakah minum
minuman keras? berapa minum /hari/minggu? jenis minuman? apakah banyak minum
ketika stress?
g. Personal
hygiene
Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan,
mandiri/dibantu), Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi.
h. Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari-hari, Pengaturan jadwal harian, Penggunaan alat
bantu untuk aktivitas, Kesulitan pergerakan tubuh.
i. Rekreasi
Bagaimana
perasaan anda saat bekerja?, Berapa
banyak waktu luang?, Apakah
puas setelah rekreasi?,
Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang? Bagaimana
perbedaan hari libur dan hari kerja?
a. Keadaan umum klien :
Tanda-tanda dari distress, Penampilan
dihubungkan dengan usia, Ekspresi wajah, bicara, mood, Berpakaian dan
kebersihan umum, Tinggi badan, BB, gaya berjalan.
b. Tanda-tanda vital :
Suhu, Nadi, Pernafasan, Tekanan darah.
c. Sistem pernafasan
Hidung :
kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret / polip, passaseudara.
Leher :
Pembesaran kelenjar, tumor.
Dada : Bentuk dada (normal,barrel,pigeon
chest). Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi.
Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi). Keadaan proxsesus xipoideus. Suara
nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular). Apakah ada
suara nafas tambahan. Apakah
ada clubbing finger.
d. Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva
(anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis), Arteri
carotis, Tekanan vena jugularis, Ukuran jantung, Ictus cordis/apex, Suara jantung
(mitral,tricuspidalis,S1,S2,bising aorta, murmur,gallop), Capillary retilling time.
e. Sistem perncernaan
Sklera
(ikterus/tidak), Bibir
(lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis), Mulut
(stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan, gerakan
lidah), Gaster (kembung, gerakan peristaltik), Abdomen (periksa sesuai dengan organ
dalam tiap kuadran), Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi).
f. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral : Status mental
(orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa), Kesadaran
(eyes, motorik, verbal) dengan GCS, Bicara (ekspresive
dan resiptive)
2. Fungsi kranial
(saraf kranial I s/d XII)
3. Fungsi motorik
(massa, tonus dari kekuatan otot)
4. Fungsi sensorik
(suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi)
5. Fungsi
cerebellum (koordinasi dan keseimbangan)
6. Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial)
7. Iritasi
meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign)
g. Sistem musculoskeletal
Kepala (bentuk kepala), Vertebrae (bentuk,
gerakan, ROM), Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut (Mc Murray Test, Ballotement, ROM), Kaki (keutuhan
ligamen, ROM), Bahu, Tangan.
h. Sistem
perkemihan
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung kemih, Nocturia, dysuria, kencing batu, Penyakit
hubungan sexual.
i. Sistem immune
Allergi (cuaca,
debu, bulu binatang, zat kimia), Immunisasi, Penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya.
a. Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
b. Ro foto :
c. CT Scan :
d. MRI, USG, EEG, ECG, dll.
a. Terapi antibiotic
b. Kardiotinikum dan diuritik
c. Komisurotoomi
d. Valvuloplasti translumnal perkutan
e. Penggantian katup mitral
f. Penggantian katup aorta
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
Kelainan Katup Jantung
A.
Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b/d odema
paru ditandai dengan sianosis dan dispnea.
2. Resiko tinggi
menurunanya curah jantung b/d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
ditandai dengan aritmia dan perubahan EKG.
3. Nyeri dada b/d iskemia jaringan
myokard ditandai dengan perubahan denyut jantung dan ekspresi kesakitan.
4. Ansietas b/d situasi
kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan.
5. Defisit pengetahuan b/d
kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan informasi
kepada perawat dan ahli profesi kesehatan lainnya.
B.
Intervensi
No.
|
Dx Kep.
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan
sianosis dan dispnea
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Gas darah arteri
normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam
|
DO:
Menunjukan perbaikan
ventilasi/oksigenasi sebagai bukti adalah frekuensi pernapasan dalam rentang
normal, tak ada sianosis, dan penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas normal.
DS:
üSudah tidak terlihat pernafasan cuping hidung
üWarna
kulit pasien kembali dalam keaadaan normal
|
-
Kaji suara paru, frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha
nafa, dan produksi sputum sebagai indicator keefektian penggunaan alat
penunjang.
-
Awasi dan laporkan pada data pengkajian terkait (sensorium
pasien, suara nafas, pola nafas, analisis gas darah arteri, sputum, efek
obat).
-
Membantu dalam posisi, batuk, dan nafas dalam.
-
Jelaskan pada pasien mengenai penggunaan alat bantu yang
diperlukan (oksigen, pengisap, spirometer)
|
- Indikator
keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat gangguan dan kebutuhan/keefektifan
terapi.
- Meningkatkan
tindakan kolaborasi dengan tenaga ahli lainnya dalam perencanaan keperawatan.
-
Meningkatkan ekspansidada optimal, memobilisasikan skresi,
dan pengisian udara semua area \paru; menurunkan resiko stasis
secret/pneumonia.
-
Meningkatkan pengetahuan pasien sehingga pasien mampu
mengatasi kondisi gawat darurat yang sewaktu-waktu terjadi.
|
2.
|
Resiko tinggi menurunanya curah jantung b/d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri ditandai
dengan aritmia dan perubahan EKG.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, Penurunan curah jantung dapat
teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima,
disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung dalam jangka
waktu 3x24 jam.
|
DO:
üTekanan darah
dalam batas normal (120/80 mmHg, nadi 80x/menit).
üTidak terjadi
aritmia dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik.
DS:
üKlien akan melaporkan penurunan
episode dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung.
|
- Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanal/ masker
sesuai dengan indikasi.
- Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.
- Pantau
tanda kelebihan cairan. Pemberian IV ,
pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi. Hindari
cairan garam.
- Kolaborasi
pemberian obat.
|
- Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium
dalam melawan efek hipoksia/iskemia.
- Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait
dan meningkatkan tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung.
- Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri,
pasien tidak menoleransi peningkatan volume cairan, pasien juga mengeluarkan
sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja
miokard.
- Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.
|
3.
|
Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard ditandai dengan
perubahan denyut jantung dan ekspresi kesakitan.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan,Pasien mengatakan bahwa nyeri dada telah hilang/terkontrol dalam
jangka waktu 3x24 jam
|
DO:
üDenyut jantung dan frekuensi pernafasan kembali dalam
keadaan normal.
üPola makan pasien kembali dalam keadaan normal.
DS:
üPasien mengatakan nyeri di area dada sedah menghilang.
üPasien mengatakan pola tidur kembali normal.
üEkspresi wajah pasien tenang.
|
-
Gunakan
skala nyeri 0-10 untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal atau non
verbal , respon otomatis terhadap nyeri(berkeringat,TD dan nadi
berubah,peningkatan atau penurunan frekuensi pernafasan).
-
Ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya : TENS, hypnosis, relaksasi,
masase, dll)
-
Evaluasi
respon terhadap obat.
-
Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktifitas sesuai
kebutuhan.
|
-
Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab
nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat /
adanya ketidaknyamanan pasien khususnya apabila pasien menolak adanya nyeri.
-
Teknik nonfarmakologis akan membantu menurunkan rasa nyeri
yang dialami oleh pasien.
-
Penggunaan
terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan
nitrat menunjukan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas / non angina.
-
Aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia
(contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat
mencetuskan nyeri dada.
|
4.
|
Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan
ketakutan dan peningkatan tegangan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien merasa
tenang dalam jangka waktu 1x24 jam.
|
DO:
üMulut
kembali dalam keadaan normal, tidak
kering
DS:
üPasien
mengatakan nafsu makan sudah kembali normal
üPasien
tidak terlihat cemas lagi.
üKontak
mata dengan pasien kembali normal
|
- Kaji
dan dokumentai tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik pasien.
- Ajarkan
dan anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif.
- Berikan
tindakan kenyamanan contoh, mandi, gosokan punggung, perubahan posisi.
-
Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang
tepat untuk kondisi.
- Libatkan orang terdekat dalam
rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencan pengobatan.
|
- Alat
untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi.
- Memberikan
arti penghilangan respond ansitas, menurunkan perhatian, meningkatkan
relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
- Membantu
perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan
kemampuan koping.
- Memberikan
rasa control pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan, (contoh,
aktivitas perawatan, waktu pribadi), menurunka kelemahan, meningkatkan
energy.
- Keterlibatan
akan membantu menfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan
rasa control.
|
5.
|
Defisit pengetahuan
b/d kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan
informasi kepada perawat dan ahli profesi kesehatan lainnya.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, Pasien mengerti tentang
kelainan katub jantung dalam jangka
waktu 1x24 jam
|
DS:
üPasien menyatakan pemahaman proses penyakit, program
pengobatan dan potensial komplikasi.
üPasien mampu mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan
mengikuti perawatan.
|
- Jelaskan
dasar patologi abnormalitas katub.
- Jelaskan
rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan pentingnya minum obat sesuai
resep.
-
Anjurkan dan biarkan pasien menunjukkan ketrampilan
pemantauan sendiri nadi bila pasien pulang dengan digitalis.
|
- Pasien
harus mempuyai dasar pemahaman tentang abnormalitas katubnya sendiri dan
konsekuensi hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan rasional sebagai
dasar penjelasan rasional aspek pengobatan.
- Dapat
meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan menceah penghentian sendiri
pada obat dan /atau interaksi obat yang merugikan.
-
Adanya perubahan pada frek nadi dan irama mungkin indikasi
toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi.
|
BAB V
PENUTUP
Penyakit jantung katup merupakan salah satu
penyakit jantung yang dapat berakhir pada keadaan gagal jantung. Kelainan katup
yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi, kelainan bawaan, ataupun trauma.
Jantung memiliki 4 katup, dan kesemua katup dapat mengalami kerusakan. Satu
kerusakan katup dapat menyebabkan kerusakan katup yang lain. Seiring perkembangan zaman, gagal jantung dapat ditemui pada usia muda,
dimana usia diatas 45 tahun bagi laki-laki dan 55 tahun bagi perempuan memiliki
faktor risiko terbesar untuk menderita gagal jantung. Di Indonesia, gagal
jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang paling tinggi dan merupakan
salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di rumah sakit, baik rawat
inap maupun rawat jalan
B.
SARAN
Sebaiknya
dalam penanganan penyakit kelainan jantung katup dibarengi dengan pengobatan
herbal dengan melalui resep dari dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner; , Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2015).
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: elsevier.
Brunner, & Suddarth. (2011). Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Karson. (2012). Kelainan dan Penyakit
Jantung. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: Salemba
medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R.
(2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar