Kamis, 31 Agustus 2017

Askep Meningitis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian  anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep dasar penyakit meningitis pada anak yang meliputi:
a.       Definisi
b.      Etiologi
c.       Patofisiologi
d.      Manifestasi Klinis
e.       Pemeriksaan Diagnostik
f.       Penatalaksanaan
g.      Komplikasi
h.      Pencegahan
2.      Bagaimana konsep keperawatan dari penyakit meningitis pada anak yang meliputi:
a.       Pengkajian
b.      Diagnosa keperawatan
c.       Intervensi keperawatan

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pemuatan makalah ini yaitu :
1.      Untuk menhetahui dan memahami konsep dasar dari penyakit meningitis pada anak
2.      Untuk mengetahui dan memahami konsep keperawatan dari penyakit meningitis pada anak

BAB II
KONSEP DASAR
A.    Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CCS).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah  ke dalam cairan otak

B.     Etiologi
1)      Bakteri
Bakteri merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis seperti , Haemophillus influenza, Nesseria meningitides (meningococcal), Diplococcus pneumoniae (pneumococca), Streptococcus, grup A, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas aeruginosa.
Pada meningitis bakteri ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebruspinalTubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.


2)      Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Meningitis. ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; mump, meales, gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
3)      Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
4)      Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak yang mendapat obat imunosupresi.
5)      Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

C.    Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah merah pada blood brain barrier, masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau kelainan system saraf pusat. Otorrea atau rhinhorea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antar CSF dan dunia luar.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan serebrospinal yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hedrosefalus dan peningkatan intra cranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi pada meningen.Masuknya mikro organisme ke susunan saraf pusat melelui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada arachnoid, CSF dan ventrikel.

Faktor Imunologi :
-Defisiensi mekanisme imun
-Defisiensi imunoglobulin
-Anak yang mendapat obat-obatan imunosupresi
Pathway
Faktor Maternal
-Ruptur mebran fetal
-Infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

Organisme masuk ke aliran darah

Virus :
-Toxoplasma Gondhi
-Ricklesia

Faktor Predisposisi :
-Laki-laki >Wanita

Bakteri :
-Haemophillus influenze
-Streptococcus, grup A
-Meningococcal
-Pneumococcal
-Escherichia coli
MENINGITIS

Reaksi radang dalam meningen bawah corteks

-Perubahan aliran darah
-Kerusakan permukaan endotel pembuluh
-Perunahan komposisi pembuluh darah

Eksudat purulen menyebar ke dasar otak dan medula spinalis

Trombus, aliran darah cerebral

Kaku kuduk, Kernig brudzinski (+), refleks fisiologis hiperaktif, delirium, halusinasi

Pelepasan zat pirogen endogen

Kerusakan neurologis

Suhu tubuh sistemik

Instabil Termoregulasi

Merangsang kerja berlebihan dari PG E2 di Hipotalamus

Aktivitas makrofag & virus

MK : Hipertemia

Sepsis
Mengikuti  cairan darah sistemik
MK : Gangguan Mobilitas Fisik

MK :Resiko  Tinggi Infeksi

Penyebaran infeksi sistemik

Kejang

Berkurangnya koordinasi

Sirkulasi terhenti

Vasospasme pembuluh darah cerebri

Trasnsudasi Cairan

Permeabilitas vascular pada cerebri

CO2 meningkat

Volume Tekanan Otak

TIK meningkat (N : 0-15 mmHg)

Edema cerebri
MK : Nyeri

Antolgia / Miolgia

MK :Resiko  Tinggi Cedera

MK : Gangguan Perfusi jaringan

MK :Gangguan Mobilitas Fisik

 



























D.    Manifestasi Klinis
Manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia sebagai berikut :
1)      Neonatus :
a)      Suhu di bawah normal
b)      Pucat
c)      Demam – biasanya derajat rendah
d)     Rewel,
e)      Frekuensi  menyusui kurang
f)       Diare
g)      Peningkatan sekresi hormon SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
h)      Tonus buruk
i)        Muntah
j)        Kejang

2)      Bayi dan anak usia prasekolah :
a)      Anoreksia , rewel
b)      Pucat , mual muntah , makin sering menangis , minta di gendong
c)      Peningkatan tekanan intracranial
d)     Peningkatan lingkar kepala
e)       Kejang

3)      Anak Usia Sekolah
a)      Sakit kepala , demam
b)      Muntah , pucat , rewel
c)      Kaku kuduk tulang belakang
d)     Syok
e)      Kejang


E.     Pemeriksaan Diagnostik
1)      Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a)      Meningitis bacterial :
Tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b)      Meningitis virus :
Tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2)      Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3)      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4)      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5)      Elektrolit darah : Abnormal .
6)      ESR/LED : meningkat pada meningitis
7)      Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8)      MRI/ CT-Scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9)      X-Ray dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial


F.     Penatalaksanaan
1)      Penatalaksanaan Medis
a)      Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b)      Steroid untuk mengatasi inflamasi
c)      Antipiretik untuk mengatasi demam
d)     Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e)      Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
f)       Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
g)      Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat diatasi  maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b)      Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
c)      Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke lingkungan.
d)     Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.

G.    Komplikasi
1.      Tuli , buta
2.      Hidrosefalus
3.      Edema serebral
4.      Gangguan kejang kronis
5.      Perkembangan terlambat dan gangguan intelektual

H.    Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius. (Riyadi Sujono.2010).
Vaksin konjugat pneumokokus, Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia 2 bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan. Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang, jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
a)      Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
b)      Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c)      Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
d)     Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1)      Identitas Pasien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, penanggungjawab,
2)      Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.
3)      Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Penyakit Dahulu
I)     Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
II)  Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada keluarga pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosis.
b)      Riwayat kesehatan sekarang :
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
c)     Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada akhir kehamilan.
4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan umum
Umumnya terjadi penurunan kesadaran, nadi 100-140 x/mnt, suhu 37-39°C, pernafasan 20-40 x/mnt teratur.
b)     Kepala dan Leher
i)        Inspeksi :
a.       Kaji kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,ubun-ubun besar masih belum menutup,
b.      Kaji Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ada tiaknya ikterus, tidak terdapat subkunjungtival bleeding.
c.       Kaji telinga ada tidaknya serumen.
d.      Kaji hidung ada tidaknya  pernafasan cuping hidung.
e.       Kaji mulut bersih, ada tidaknya moniliasis.
ii)      Palpasi
a.       Kepala lunak dan cembung, tegang. Lingkar kepala 36 cm.
b.      Leher terdapat pembesaran kelenjar, kaku kuduk.
c)      Dada dan Thoraks
                                         i)      Inspeksi :
a.       Kaji pergerakan dada simetris.
b.      Kaji retraksi otot bantu pernafasan
                                       ii)      Palpasi
a.       Kaji Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclaviculasinistra ICS 4-5.


                                     iii)      Auskultasi
a.       Kaji bunyi penafasan seperti Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat retraksi ototbantu pernafasan
d)     Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus, bising usus+normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba kosong.
e)      Ekstremitas
a.    Kaji apakah terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang,
b.   Kajiadanya kelainan dalamsegi bentuk,
f)       Reflek
a.       Kaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +
g)      Tanda Rangsang Meningeal
a.       Tanda rangsang meningeal kaku kuduk
Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tekuk. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu tekuk kaku dalam sikap kepala tertengdah dan pungguang dalam sikap hiperekstensi.
Cara pemeriksaan :
Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga kepala lakukan gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu menyentuh dada. Bila terasa ada tekanan sehingga dagu tidak bisa menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat berarti kaku kuduk positif.
Gambar opistotonus :
 








b.      Tanda rangsang meningeal Brudzinski
1)      Brudzinski sign, tanda leher
Cara pemeriksaan :
Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan antreofleksi leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik oleh gerakan fleksi pada kedua tungkai sendi lutut dan panggul
Gambar :
2)      Brudzinski sign, tanda tungkai kontralateral
Cara pemeriksaan :
Pasien berbaring terlentang salah satu tungkai diangkat dalam sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi panggul. Positif bila tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.
3)      Brudzinski sign, tanda pipi 
Cara pemeriksaan :
Dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat dibawah os zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi kedua sikudan gerakan reflektorik keatas sejenak kedua lengan.



4)      Brudzinski sign, tanda simfisis pubis
Cara pemeriksaan :
Dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul.
c.       Tanda rangsang meningeal Kernig
Cara pemeriksaan :
Pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan pada sendi lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tngkai bawah pada sendi lutut sampai membentuk sudut > 1350 trehadap paha. Positif bila pada tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.
Gambar :










h)       Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1)      Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan proteincairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekananintrakranial.
a)      Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, seldarah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b)      Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlahsel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapajenis bakteri.
2)      Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju EndapDarah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a)      Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,ada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b)      Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3)      Pemeriksaan Radiologis
a)      Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkindilakukan CT Scan.
b)      Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2.      Gangguan perfusi jaringan serebral berhuungan dengan vasospasme pembuluh darah arteri
3.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
4.      Resiko cedera berhubungan dengan adanya kejang berulang

C.    Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa keperawatan
NOC
NIC
Rasional
1.       
Hipertermi b/d proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan 7x24 jam klien menunjukkan kriteria hasil :
Suhu badan anak dalam batas normal
a.   Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
b.   Pantau suhu lingkungan

c.   Berikan kompres hangat

d.  Berikan selimut pendingin

e.   Kolaborasi pemberian antipiretik
a.    Suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b.   Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal
c.    Untuk mengurangi demam

d.   Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
e.    Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus
2.       
Gangguan perfusi jaringan serebral berhuungan dengan vasospasme pembuluh darah arteri

Ø  Setelah dilakukan tindakn keperawtan 3x24 jam,  menunjukkan tingkat kesadaran membaik dengan kriteria hasil
perfusi jaringan serebral maksimal
Ø 
Ø 

a.  Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam
b.  Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang
c.  Pantau tanda vital


d. Pantau pola dan irama pernafasan
e.  Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan
f.   Kolaborasi  pemberian obat steroid, asetaminofen
a.    Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral
b.   Merupakan indikasi iritasi meningeal

c.    Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral
d.   dapat mengindikasikan peningkatan TIK
e.    Untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK
f.     
g.   Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral dapat diminimalkan
3.       
Nyeri akut b/d peningkatan tekanan intrakranial
Setelah dilakukan tindakan keperawat selama 3 x 24 jam klien tidak meringis dan menangis dengan
kriteria hasil :
Keparahan nyeri anak dapat diamati atau
a.  Ciptakan lingkungan yang tenang
b.  Tingkatkan tirah baring

c.  Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
d. Kolaborasi : pemberian analgetik
a.  Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan
b.  Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
c.  Menurunkan iritasi meningeal


d. Menghilangkan nyeri yang berat
4.       
Resiko cedera berhubungan dengan adanya kejang berulang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3x24 jam , klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran, dengan kriteria hasil :
Klien tidak mengalami cedera apabila ada kejang berulang
a.  Monitor  kejang pada tangan, kaki, mulut, dan otot-otot muka lainnya.


b.  Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat klien.
c.  Pertahankan bedrest total selama fase akut.
d. Kolaborasi pemberian terapi; diazepam, fenobarbital.
a.  Gambaran iritabilitas system saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang dapat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
b.  Melindungi klien bila kejang terjadi.



c.  Mengurangi risiko jatuh/cidera jika terjadi vertigo dan ataksia.
d. Untuk mencegah atau mengurangi kejang.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, faktor maternal dan faktor imunologi. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak adalah meningitis serosa dan meningitis purulenta, sedangkan berdasarkan etiologinya meningitis dibedakan atas meningitis bakteri, meningitis virus dan meningitis jamur. Meningitis purulent adalah adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalisdan Meningitis serosa ( bakteri ) merupakan peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula, Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

8 Benar Prinsip Pemberian Obat

8 Benar Prinsip Pemberian Obat 1. Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir sesuai dengan gelang identitas pasien 2. Cek nama oba...