BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis
tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis
yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsi, retardasi mental.
Penyakit
meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan
bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap
tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara
dan Pasifik Barat. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides.
Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri
yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu
yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek
yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis
terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester
Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen
pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam.
Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur
koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi
pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh
anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50
persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak
permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara
perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep dasar penyakit
meningitis pada anak yang meliputi:
a.
Definisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi
d.
Manifestasi Klinis
e.
Pemeriksaan Diagnostik
f. Penatalaksanaan
g.
Komplikasi
h. Pencegahan
2.
Bagaimana konsep keperawatan dari
penyakit meningitis pada anak yang meliputi:
a.
Pengkajian
b.
Diagnosa keperawatan
c.
Intervensi keperawatan
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pemuatan makalah
ini yaitu :
1.
Untuk menhetahui dan memahami konsep
dasar dari penyakit meningitis pada anak
2.
Untuk mengetahui dan memahami konsep
keperawatan dari penyakit meningitis pada anak
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Definisi
Meningitis
merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater dan ruang
subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CCS).
Meningitis
adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang
melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti
virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan
berpindah ke dalam cairan otak
B. Etiologi
1)
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab tersering dari
meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat
menyebabkan meningitis seperti , Haemophillus
influenza, Nesseria meningitides (meningococcal), Diplococcus pneumoniae
(pneumococca), Streptococcus, grup A, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas aeruginosa.
Pada meningitis bakteri
ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan
serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan
serebruspinalTubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2) Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen;
cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di
tempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna)
dan kemudian menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Meningitis.
ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti; mump, meales, gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat
yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
3) Faktor
maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
4) Faktor
imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak yang
mendapat obat imunosupresi.
5) Anak
dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan.
C.
Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater,
arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid
ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler
dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan
meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah merah pada blood brain
barrier, masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau
pecahnya abses serebral atau kelainan system saraf pusat. Otorrea atau
rhinhorea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana
terjadi hubungan antar CSF dan dunia luar.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan
serebrospinal yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi
hedrosefalus dan peningkatan intra cranial. Efek patologi dari peradangan
tersebut adalah Hiperemi pada meningen.Masuknya mikro organisme ke susunan
saraf pusat melelui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada
arachnoid, CSF dan ventrikel.
Faktor Imunologi :
-Defisiensi mekanisme imun
-Defisiensi imunoglobulin
-Anak yang mendapat
obat-obatan imunosupresi
|
Faktor Maternal
-Ruptur mebran fetal
-Infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
|
Organisme masuk ke aliran
darah
|
Virus :
-Toxoplasma Gondhi
-Ricklesia
|
Faktor Predisposisi :
-Laki-laki >Wanita
|
Bakteri :
-Haemophillus influenze
-Streptococcus, grup A
-Meningococcal
-Pneumococcal
-Escherichia coli
|
MENINGITIS
|
Reaksi radang dalam meningen
bawah corteks
|
-Perubahan aliran darah
-Kerusakan permukaan endotel pembuluh
-Perunahan komposisi pembuluh darah
|
Eksudat purulen menyebar ke dasar otak dan
medula spinalis
|
Trombus, aliran darah
cerebral
|
Kaku kuduk, Kernig brudzinski (+), refleks
fisiologis hiperaktif, delirium, halusinasi
|
Pelepasan zat pirogen endogen
|
Kerusakan
neurologis
|
Suhu tubuh sistemik
|
Instabil Termoregulasi
|
Merangsang kerja berlebihan dari PG E2 di
Hipotalamus
|
Aktivitas makrofag & virus
|
MK
: Hipertemia
|
Sepsis
|
Mengikuti
cairan darah sistemik
|
MK : Gangguan Mobilitas Fisik
|
MK
:Resiko Tinggi Infeksi
|
Penyebaran infeksi sistemik
|
Kejang
|
Berkurangnya koordinasi
|
Sirkulasi terhenti
|
Vasospasme pembuluh darah cerebri
|
Trasnsudasi Cairan
|
Permeabilitas vascular pada
cerebri
|
CO2
meningkat
|
Volume Tekanan Otak
|
TIK meningkat (N : 0-15 mmHg)
|
Edema cerebri
|
MK
: Nyeri
|
Antolgia /
Miolgia
|
MK
:Resiko Tinggi Cedera
|
MK
: Gangguan Perfusi jaringan
|
MK
:Gangguan Mobilitas Fisik
|
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia
sebagai berikut :
1)
Neonatus :
a) Suhu di bawah normal
b) Pucat
c) Demam – biasanya derajat rendah
d) Rewel,
e) Frekuensi menyusui kurang
f) Diare
g) Peningkatan sekresi hormon SIADH (
Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
h) Tonus buruk
i)
Muntah
j)
Kejang
2)
Bayi dan anak usia prasekolah :
a) Anoreksia
, rewel
b) Pucat
, mual muntah , makin sering menangis , minta di gendong
c) Peningkatan
tekanan intracranial
d) Peningkatan
lingkar kepala
e) Kejang
3)
Anak Usia Sekolah
a) Sakit kepala ,
demam
b) Muntah , pucat
, rewel
c) Kaku kuduk
tulang belakang
d) Syok
e) Kejang
E.
Pemeriksaan
Diagnostik
1)
Analisis CSS dari
fungsi lumbal :
a) Meningitis
bacterial :
Tekanan meningkat,
cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa
meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis
virus :
Tekanan bervariasi,
cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus.
2)
Glukosa serum :
meningkat ( meningitis )
3)
LDH serum : meningkat (
meningitis bakteri )
4)
Sel darah putih :
sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5)
Elektrolit darah :
Abnormal .
6)
ESR/LED : meningkat
pada meningitis
7)
Kultur darah/ hidung/
tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8)
MRI/ CT-Scan: dapat
membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom
daerah serebral, hemoragik atau tumor
9)
X-Ray dada/kepala/
sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
F.
Penatalaksanaan
1)
Penatalaksanaan Medis
a) Antibiotik
sesuai jenis agen penyebab
b) Steroid
untuk mengatasi inflamasi
c) Antipiretik
untuk mengatasi demam
d) Antikonvulsant
untuk mencegah kejang
e) Neuroprotector
untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
f) Pemberian
cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau
ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan
anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita
meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan
akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia
dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
g) Pemberian
diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan diazepam 0,5
mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat
diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus
30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg.
Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali
pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari
berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali
pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan
dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan
suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
2. Penatalaksanaan
Keperawatan
a) Tempatkan
anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan
oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi
peningkatan metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang
cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi
saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas
selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b) Tempatkan
anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas
sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
c) Berikan
kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini berfungsi
memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga
panas tubuh anak mudah berpindah ke lingkungan.
d) Anak
diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40
cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang
hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan
fungsi sel tubuhyang sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan
minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran
pernafasan.
G. Komplikasi
1.
Tuli , buta
2.
Hidrosefalus
3. Edema serebral
4. Gangguan kejang
kronis
5. Perkembangan
terlambat dan gangguan intelektual
H. Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan
mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis media atau infeksi
saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam
hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun
gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai
harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme
penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab
untuk melindungi komplikasi yang serius. (Riyadi Sujono.2010).
Vaksin konjugat pneumokokus, Vaksin tersebut
dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia 2 bulan hingga 9
tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya
menimbulkan efek samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak
dan nyeri pada daerah sekitar suntikan. Gejala umum setelah pemberian vaksin
seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang, jarang ditemukan pada
bayi.
Beberapa
upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai
berikut :
a)
Melaksanakan
imunisasi tepat waktu.
b)
Pada
usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan
ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c)
Menjauhkan
anak dari orang yang sakit.
d)
Usahakan
anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.
BAB III
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1)
Identitas
Pasien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tempat/tanggal lahir, penanggungjawab,
2)
Keluhan
utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi,
koma, kejang dan penurunan kesadaran.
3)
Riwayat
Kesehatan
a)
Riwayat Penyakit Dahulu
I)
Pengkajian penyakit
yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan
napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
II) Riwayat
sakit TB paru perlu ditanyakan pada keluarga pasien terutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat
berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosis.
b)
Riwayat kesehatan
sekarang :
Faktor
riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti
kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien
meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan
demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya
ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
c)
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Biasanya
di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada akhir kehamilan.
4)
Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan
umum
Umumnya
terjadi penurunan kesadaran, nadi 100-140 x/mnt, suhu 37-39°C, pernafasan 20-40 x/mnt teratur.
b) Kepala dan Leher
i)
Inspeksi :
a.
Kaji kepala berbentuk
simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,ubun-ubun besar masih
belum menutup,
b.
Kaji Reaksi cahaya +/+,
mata nampak anemi, ada tiaknya ikterus, tidak terdapat subkunjungtival
bleeding.
c.
Kaji telinga ada
tidaknya serumen.
d.
Kaji hidung ada tidaknya
pernafasan cuping hidung.
e.
Kaji mulut bersih, ada tidaknya
moniliasis.
ii)
Palpasi
a. Kepala
lunak dan cembung, tegang. Lingkar kepala 36 cm.
b.
Leher terdapat
pembesaran kelenjar, kaku kuduk.
c) Dada dan Thoraks
i)
Inspeksi :
a. Kaji
pergerakan dada simetris.
b. Kaji
retraksi otot bantu pernafasan
ii)
Palpasi
a. Kaji
Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclaviculasinistra ICS 4-5.
iii)
Auskultasi
a. Kaji
bunyi penafasan seperti Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat retraksi
ototbantu pernafasan
d)
Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi
tympani, tidak terdapat meteorismus, bising usus+normal 5 x/ mnt, hepar dan
limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba kosong.
e) Ekstremitas
a.
Kaji apakah terdapat spina
bifida pada ruas tulang belakang,
b.
Kajiadanya kelainan
dalamsegi bentuk,
f) Reflek
a.
Kaji refleks menghisap
klien +, refleks babinsky +
g)
Tanda Rangsang Meningeal
a.
Tanda rangsang meningeal kaku kuduk
Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tekuk. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu
tekuk kaku dalam sikap kepala tertengdah dan pungguang dalam sikap
hiperekstensi.
Cara pemeriksaan
:
Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga
kepala lakukan gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu menyentuh
dada. Bila terasa ada tekanan sehingga dagu tidak bisa menyentuh dada bahkan
badan atas ikut terangkat berarti kaku kuduk positif.
Gambar opistotonus :
b. Tanda
rangsang meningeal Brudzinski
1) Brudzinski
sign, tanda leher
Cara
pemeriksaan :
Pasien berbaring
terlentang kemudian gerakan antreofleksi leher secara pasif. Positif bila
disusul secar reflektorik oleh gerakan fleksi pada kedua tungkai sendi lutut
dan panggul
Gambar :
2)
Brudzinski sign, tanda
tungkai kontralateral
Cara pemeriksaan
:
Pasien
berbaring terlentang salah satu tungkai diangkat dalam sikap lutut lurus di
sendi lutut, dan fleksi di sendi panggul. Positif bila tungkai kontralateral
timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.
3)
Brudzinski sign, tanda
pipi
Cara pemeriksaan
:
Dilakukan
penekanan pada kedua pipi tepat dibawah os zigomatikum. Positif bila disusul
gerakan reflektorik fleksi kedua sikudan gerakan reflektorik keatas sejenak
kedua lengan.
4)
Brudzinski sign, tanda
simfisis pubis
Cara pemeriksaan
:
Dilakukan
penekana pada simfisis pubis. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi
pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul.
c. Tanda
rangsang meningeal Kernig
Cara pemeriksaan
:
Pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan
pada sendi lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tngkai
bawah pada sendi lutut sampai membentuk sudut > 1350 trehadap
paha. Positif bila pada tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi
di sendi lutut dan panggul.
Gambar :
h)
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1)
Pemeriksaan Pungsi
Lumbal
Lumbal
pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan proteincairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekananintrakranial.
a) Pada
Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, seldarah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b) Pada
Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlahsel darah
putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapajenis bakteri.
2)
Pemeriksaan darah
Dilakukan
pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju EndapDarah (LED), kadar
glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a) Pada
Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,ada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b) Pada
Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3)
Pemeriksaan Radiologis
a)
Pada Meningitis Serosa
dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkindilakukan CT Scan.
b)
Pada Meningitis
Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinusparanasal, gigi geligi)
dan foto dada.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2.
Gangguan perfusi jaringan serebral berhuungan dengan vasospasme pembuluh
darah arteri
3.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
4.
Resiko cedera berhubungan dengan adanya kejang berulang
C. Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, faktor
maternal dan faktor imunologi. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak adalah meningitis
serosa dan meningitis purulenta, sedangkan berdasarkan etiologinya meningitis
dibedakan atas meningitis bakteri, meningitis virus dan meningitis jamur.
Meningitis purulent adalah adalah
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalisdan Meningitis serosa ( bakteri ) merupakan peradangan yang disebabkan
oleh organisme pada bakteri seperti meningococcus, staphylococcus, Baccilus
influenza, Baccilus tubercula, Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae
(pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar